59

He was never the type to actually hold something long. He would receive gifts and loose the little stuffs the following week, simple as that. So when he notices that his heart beats extra loud and fast when she is just talking to him casually, he decided that it's love. it's a little too fast, but he's gonna tell her and it's just the way he is, a little too fast.

(a hundred love song, 56sevens)

58


I was going to forget you. But I know in the end, no matter what I do, when I see your face, I'll end up loving you all over again. So it's kinda waste of time, isn't it? Forgetting you, I mean.

Sole

Laut itu, terlalu garang untukmu. Kau bisa diinjak namun kau tak pernah jadi badai, tak pernah juga suram. Laut itu, terlalu kejam untukmu. Kau pernah jadi tumbal tapi tak pernah kau pakai ombak untuk menyapu.


Laut itu, tidak terlalu dingin untukmu. Padahal kau bersinar terang dan tak pernah dingin barang sekali. Sekalipun kau hilang saat senja, kau tetap bisa dinanti di ufuk timur. Kau seperti matahari yang teramat terik dan panas, tapi tak pernah membunuh. Karena sekalipun kau kuat, kau punya hati.

57


i think i love you, so note well that you might be stuck with me for a lifetime.

(K - for a life time)

56

I seen it all, so I thought, but I never seen nobody shine the way you do
The way you walk, way you talk, way you say my name
It's beautiful, wonderful, don't you ever change

(hey stephen - TS)

55:D

Begitu dekat, tapi terasa jauh. Rasa-rasanya ketika hampir tergapai, tiba-tiba dunia terbalik. Terus berulang, sampai entah harus berpikir apa. Entah harus merasa apa. Karena sekalipun dia terlihat pelik, dia tetap dia.

54: J

Tuan Awan,
cuma perlu duduk diam,
tersenyum sedikit,
dan dia
sudah terlihat
lebih dari sempurna.

53

Sekarang memang bukan waktu yang tepat untuk membentuk kombinasi satu-dua, secara dia sibuk memahat sedang kau sibuk menulis. Kuncinya memang kesabaran, kali saja dalam satu-dua minggu kalian dipertemukan dalam ilustrasi cerita. Memang tidak ada yang pasti, karena mungkin nanti kalian berseberangan jalan alih-alih berdampingan; tapi bagaimanapun, yang namanya harapan itu ada.


Sekarang memang bukan waktu yang tepat untuk mengail, tapi waktunya akan tiba. Nanti, suatu saat.

52: D

Rasanya menulis tentangmu tidak pernah cukup berapa ribu kata pun. Terus berubah-ubah seperti air, membuatku bingung menentukan wujudmu yang sebenarnya. Kadang mengalir hangat, lain kali kaku dan dingin.


Hanya satu saja yang tetap sama. Bagaimanapun wujudmu, kau selalu mengalir deras membawa kapalku ke tengah samudera. Sampai pada tahap di mana di sekitarku hanya ada kamu. Segalanya terlupakan dan aku hanya melihatmu saja, hanya menyebut-nyebut namamu.

Hingga sampai di pelabuhan, aku meninggalkan laut tanpa melihatmu barang sekali lagi. Tapi kau bisa yakin bahwa aku seperti pelaut yang merindukan debur ombak. Pergi kemanapun, gunung atau dataran, tetap saja inginnya kembali berlayar.

51: J

'Selamanya', adalah kata yang terlalu tinggi. Seperti keabadian, semakin dikejar justru semakin terperosok dalam ketiadaan.

Bosan itu bukan sesuatu yang mudah ditaklukan, pada satu titik, semua orang pernah merasakannya. Dan diantara rasa bosan pada selamanya, mungkin ada jalan baru yang bisa tercipta. Hanya minoritas yang tetap diam di tetap, menatap nanar orang-orang yang menyebrang.

'Selamanya' adalah kata yang penuh janji manis, namun sebenarnya menyedihkan. Karena di dunia ini tidak ada yang abadi, bukan? Siapalah kita, merasa seperti Tuhan, menjanjikan sesuatu yang begitu besar; menawarkan seluruh waktu di dunia.

'Selamanya' terlalu berat, tidak ada yang bisa menopang beban dari sebuah janji yang diluar kuasanya. Tapi biarpun aku tak bisa menjanjikan 'selamanya', setidaknya aku yakin aku bisa menjanjikan 'sampai akhir'.

50: D

Yang namanya cinta itu, datang tanpa diundang. Sejenak saja berpaling, dia sudah tiba tanpa suara. Bahkan di saat kau kira dia sudah pergi (tanpa meninggalkan sisa), seperti hujan saja di kembali menerpa. Menggenang, membasahi lagi ranah yang sudah kau keringkan.


Tapi sekalipun kehadirannya tak kau harapkan (tak kau tunggu, tak kau inginkan juga), dia tetap menyisakan embun di atas daun yang kau suka. Cukup dengan kehadirannya, bumi yang kau pijak luruh menjadi abu. Dan pada saat itu kau kesulitan menentukan mana hati dan mana logika, Karena keduanya buta, dan insting yang ada hanya berusaha menggapai.

49: A

Waktu itu musuh manusia, semakin berkuasa semakin dekat ke garis akhir. Mau meronta atau memohon juga, arusnya tak pernah mendengar kata (tak pernah berbelas kasih). Waktu itu musuh ingatan, semakin jauh berjalan semakin susah kembali. Dan pada satu waktu, mungkin semuanya akan membaur menjadi sebuah rasa samar yang tersisa di sudut hati.


Setidaknya, itu definisi waktu dalam kamusku sewaktu revisi masih sekedar wacana.

Kemudian di suatu pagi, kau kembali. Dan mungkin saat itu aku sadar bahwa waktu tak pernah berada di pihak lawan; karena hari itu kau merombak definisiku tentang waktu.

Garis akhir itu sirna tatkala kita berbalik dan menjadikannya garis awal. Rasa samar itu kembali menampakan keseluruhannya ketika matahari terbit dan menghapus bayangnya. Dan waktu tak pernah kejam, tak pernah. Karena ketika kau muncul kembali di pagi itu, kau masih sempurna. Seakan deru waktu tak pernah berpengaruh padamu.

Atau mungkin tidak.

Karena seingatku, kau tak pernah terlihat lebih baik dari pagi itu.

48



"I will not promise you
If I knew i was going to waver, even for a little bit"

(Today More Than Yesterday - JK)




Tonight I Can Write the Saddest Line

Tonight I can write the saddest lines,
I no longer love her, it's true, but perhaps I love her.
Love is so short and so long to forget.
Even if this is the last pain she causes me
and these are the last verses I write to her.


(Pablo Neruda: Tonight I Can Write the Saddest Lines)

47: D

tidak kondisional,

tanpa syarat;
jadi kau mau jatuh atau melambung,
kau berbisik atau berteriak,
sama saja.

kau tak sempurna, jauh dari itu. tapi begitu congkak, seperti cenderawasih, kau melebarkan ekormu. seakan kau pusat gravitasi. tapi biar kau berlari tanpa arah sampai ujung bumi sekalipun, nantinya kau bisa mencariku di garis awal. karena ini definisiku tentang tanpa syarat.

46: D

Dia adalah seorang realis yang dibungkus oleh tawa ringan dan sejumput gurauan,

datang dengan warna kuning terang (dan senyum lebar),
dan pergi sesunyi bintang jatuh.
Ia berkata banyak, namun sedikit yang dimaksud;
bukannya omong kosong,
hanya sedikit asal.
Dan itu agak manis,
(sebenarnya).
Dia,
menunjukan perhatian dengan caranya sendiri,
seperti menahan diri,
namun,
begitu.
Aneh,
tapi menarik.

45: D

Kubilang hilang, kau bersembunyi

kubilang senyum, dan kau tertawa.
aku jadi berpikir apapun yang kukatakan akan kau lakukan
(lebih dari ekspektasi).
itu, hal yang baik, mungkin.
aku bilang kemari, lalu kau diam di sisiku.
(sekalipun kau diam menerawang)
aku ingin mengetuk kepalamu jadinya,
mencari tahu apa sebenarnya yang menari-nari di dalam kepalamu.
haruskah aku menarikmu mendekat,
atau mendorongmu dalam jurang?

44: D

bermimpi, itu saja yang kucoba.

tapi kau pergi begitu saja tanpa kata, dan timbul retakan dalam mimpiku.
berjam-jam aku mencoba mencarimu,
tapi seperti bulan, kau enggan muncul saat langit terang.
sampai laut surut, sampai malam berubah pagi,
begitu lama, tapi tetap saja aku menghitung detik.
warna-warni yang terlihat pun akhirnya hanya kelabu,
tapi tetap saja aku menggambar.
Sekalipun mungkin berakhir sketsa hitam putih,
aku tetap berharap kau mau membagi warnamu.

43: D

manis (saja).

cukup satu kata, karena hanya dengan satu kata itu aku memanggil namamu.
melakukan apapun, tetap saja tidak berubah.
dan tiap kali kamu mengikuti kataku, kadarnya semakin tinggi seperti difermentasi.
dua kali, kuhitung, kau melirik sembunyi-sembunyi,
rasanya ingin mempersempit jarak tapi kita masih bermain-main dalam waktu, bukan?
jadi cukup lirik-lirik saja,
nanti juga benang kusut terurai sendiri.

42

Kemampuan untuk bermimpi (menatap langit dan menunggu bintang jatuh) bukan sesuatu yang langka, mudah dicari namun mudah tenggelam. Tapi manusia sekalipun jatuh (begitu dalam hingga cahaya hilang hingga tangan dan bayangan terlihat serupa), tetap berdiri kembali (mungkin tegak, mungkin tertatih-tatih dengan tongkat) atau merangkak.


Pada akhirnya, semua orang hanya ingin menuju ke suatu titik yang lebih baik. Sekalipun perbedaannya hanya satu inchi (atau satu bait saja).

Speak Now

She floats down the aisle like a pageant queen
But I know you wish it was me,
You wish it was me,
Don’t you?


(Speak Now - Taylor Swift)

41

#Epik High - Run


Aku bersembunyi pada koma, menunggu hingga ekornya hilang dan waktu mengubah cerita menjadi titik. Berakhir, the end. Tapi sekalipun aku berlari cepat-cepat hingga lemas dan kelu (dan terjembab, dan kembali berlari), sekali aku menoleh ke belakang kau tetap ada.

Sepertinya, sejauh apapun aku berlari akhirnya hanya jalan di tempat (hanya berputar dan berputar...), pemandangan yang sama dan tempat yang sama (dan orang yang sama). Hingga dunia terasa sempit dan yang kutemui hanya orang berwajah serupa, yang kudengar hanya musik yang sama, yang kulihat hanya kota yang identik.

Berlari sejauh apapun, secepat apapun...

(sekuat apapun, sekeraskepala apapun)


...pada akhirnya mau lari atau bersembunyi tidak ada gunanya. (Rekursif, rekursif, rekursif) Mau lari lagi pun, terlanjur mau mati.

.

40

Ribuan kali berkata semua baik-baik saja, tidak masalah, pada akhirnya hanya menyisakan gaung hampa (juga nafas tercekat dan mata basah). Melemparkan senyum dengan wajah baik-baik, tertawa dipaksakan, pergi mengambil minum untuk menyembunyikan emosi yang memaksa muncul,

I'm okay.

mengetikan kata-kata agar kau bisa memikirkan hal lain, berpura-pura tidak mengerti meskipun kata-kata sinis memaksa untuk diucapkan,

I'm okay.

mengunci diri di kamar, menatap bayangan di cermin dan mengulang dalam hati,

I'm okay.

I'm okay.

I'm okay.

...


I'm not okay.


I'm not okay.

39: D

i

dia: seseorang.


ii
takdir adalah kata yang klise (semakin sering diucapkan semakin hilang maknanya). tapi mungkin hari ketika dia muncul begitu saja (seperti hujan di tengah hari) adalah sebuah takdir (seberapa klise pun hal itu terdengar). karena keadaan yang akhirnya menginisiasi.

seseorang itu berubah menjadi orang yang manis ketika dia berdiri di samping tanpa mengatakan satu patah kata pun, menemani hingga badai reda.


iii
senyumnya manis (sama seperti tingkah lakunya), dia berguling untuk meniru badut (meskipun tidak mirip). namun usahanya bagus, dan siapa yang tidak senang melihat niat baiknya?


iv
dia sebuah enigma, di saat misteri hampir terungkap dia mendadak mengubah susunannya. sebuah paradoks, gabungan antara siang dan malam. begitu menariknya seperti sebuah puzzle yang kekurangan kepingannya. begitu dekat pada jawaban, namun tetap tidak dapat diselesaikan.


v
cinta.

Paradise

This place is a paradise only if you're here

A paradise that has locked you againts your will
A paradise that you won't go if you're awake
A paradise that we can be together forever

I'm gonna hold you in a little longer,
I'm gonna lok at you a little more
Until my heart cools off a little more

I must live even without you,
but right now, I need you.

(INFINITE - Paradise)

38

Shannon Zoldyck bukan hanya sekedar seseorang yang tenang (dan suara lembut dan senyum tipis yang terlalu mengundang simpati). Ia menatap buku yang ada dalam genggamannya dengan mata birunya (yang secerah langit musim panas) dan menelusuri huruf yang tertera di bagian depannya, keemasan dan cantik. Kadang ia berpikir, apakah hidup bisa seperti jarinya sekarang, jalan berliku-liku (dan rumit) lalu memutar kembali ke titik awal. Lalu ia menegakan kepalanya dan pada akhirnya, memutuskan bahwa ia di sini (begini saja) dan tidak ada lagi yang ia bisa perbuat.

(Shannon Zoldyck, Evil's Servant: 270911)

37

Ada suatu tempat di mana waktu hanyalah ilalang. Kau cabut, kau cabik, ia tetap tumbuh menghalang.


Pernah dengar tentang satu tempat ini? Dia muncul dari balik bayangan mentari pagi, dan menghilang pada akhir larik puisi. Seperti sebuah mimpi panjang, ia terus muncul dan berulang, hingga akhirnya luruh bersamaan dengan riak air menghilang.

Ketika kau dilahirkan dari leburan angan, nasibmu sudah ditentukan.

36

'Kenapa kau masih sendiri?' berapa kali kau bertanya, seperti jarum jam kau terus kembali ke titik yang sama (hanya berputar, berputar). Seperti metronom kau terus berdetak di satu titik (tak, tak, tak).


Aku seperti rekaman, memberikan jawaban yang sama pula. Senyum saja (atau mungkin sedikit tawa). Pada akhirnya kita sama-sama berjalan di tempat.

'Kau harus mencari seseorang,' katamu. Kalimat yang berbeda (akhirnya). Tapi jawabanku masih sama. Tatapanmu mengasihani, seakan aku begitu kesepiannya hingga kau menangisi nasibku.


(Kau tahu?)

Aku tidak perlu mencari seseorang. Aku sudah menemukannya. Orang yang paling penting bagiku, orang yang kusayangi seumur hidup. Meskipun dia hanya terlihat dalam pantulan air mata dan hanya nyata dalam bayang-bayang matahari senja.

Mungkin suatu hari nanti aku akan mengenalkannya padamu.

(Ya, suatu hari)



(...Orang itu kamu)

35: I

Penyesalan itu, sesuatu yang jahat.

Ia meremas nyawa hingga kau berpikir untuk mengulang waktu.
Kadang, aku ingin berkata 'ya',
itu bisa mengubah hidup kita.
Tapi melihatmu yang sekarang,
aku yang sekarang,
hidup kita yang sekarang,
kupikir lebih baik bersyukur saja.
Untuk satu hal ini aku bisa mengalah.
Bohong kalau kubilang, tidak terbersit di benakku,
keinginan untuk membelenggumu.
Tapi seperti ini juga tidak apa-apa.

Kau cukup ada di sana saja,
selalu ada saat kubutuhkan,
seperti ini,
dan aku akan baik-baik saja.

tiga puluh empat

Dilihat dari sisi mana pun, kita benar-benar berbeda. Aku yang realistis dan cenderung pesimis, kau yang seorang pemimpi dan selalu optimis. Kau bicara tentang kerajaan penuh emas di seberang lautan sedang aku mengisahkan kondisi pertanian negara kita.

Saat di planetarium itu juga, aku bicara tentang kelahiran bintang; supernova dan segalanya. Sedang kau bercerita tentang rasi draconius yang menjaga apel emas. Kita tidak kompatibel, susah dicari titik temunya.

Aku tak melihat alasan kenapa kita harus bersama saat semua perbedaan menari-nari di depan mata. Tapi kau menunjukan senyum lima jari dan mata yang menyipit dalam tawa, lalu kupikir mungkin seperti ini tidak apa-apa. Karena diam-diam aku juga ingin percaya pada takdir yang kau ceritakan.

Time

Even though time is passing by again
I’m going back to that time again
Although I try hard to find everything in your memories

Although I don’t have anything to say and I can’t hear you but
even so, if I can find you like this
I’ll wait for you now until time stops
(Time, INFINITE)



Real Story

Why wouldn’t I know those words of “I love you”?
It’s tickling me as it’s around my neck
Why wouldn’t I be able to do it?
Those words that are on my mouth
There’s really no big meaning to it if I keep on repeating it

Is it really that important?
Is my heart not enough?
I really don’t know
Why is it important about what others do?
(Real Story-INFINITE)

song for you (J)

Aku selalu berpikir bahwa pada akhirnya kita memang ditakdirkan bersama. Meskipun kita hidup di dua dunia yang sangat berbeda (terlalu berbeda), tapi kau tahu, aku bermimpi (masih) bahwa pada akhirnya takdir itu memang ada.

Mimpiku tak banyak (hanya mustahil), cukup dengan menghabiskan waktu denganmu sampai akhir, kurasa aku akan bahagia.

Kurasa sekarang aku hanya bisa menyalahkanmu. Karena orang sepertimu (sangat) mustahil untuk tidak dicintai. Dan bahkan dalam mimpi pun aku tak pernah bermimpi untuk memilikimu (memasukanmu dalam tas agar kau selalu bersamaku). Karena kau berpijar seperti kunang-kunang di musim panas (indah, sangat indah), menarik ribuan orang untuk berputar-putar mengelilingimu. Aku bisa membagimu dengan dunia, hanya memiliki sepersekian waktumu saja (sudah cukup untukku).

Seandainya aku dilahirkan lebih awal (atau kau dilahirkan lebih lambat).


Kau mungkin menyesal nanti, orang sepertimu (yang sempurna, terlalu sempurna) harus mendapatkan semua yang terbaik. Siapa yang bisa menjanjikan masa depan? (tidak ada) Tapi setidaknya aku tahu aku akan memberikan (melakukan) apapun. Kau cukup tersenyum saja (dan semua akan baik-baik saja).

Aku mengharapkan kebahagiaanmu, kelak akan kukatakan. Tapi aku tidak bisa berjanji akan tersenyum (saat mengatakannya).


Mimpiku hancur, tapi (setidaknya) kau tetap sempurna.





{ and I wish I can say I love you before it happens }

Sunflower

Dia, kau pikir, adalah sebuah enigma. Sulit dimengerti, sulit dipecahkan. Ia datang begitu saja dari riak di permukaan air, kemudian lenyap pada nada terakhir di penghujung senja. Dan ketika kau meraihnya, berusaha untuk mencegahnya luruh dalam senja, ia menunjukan senyumnya. Senyum yang membuat jantungmu berdetak sedikit lebih cepat. Dan kau tidak peduli lagi apakah ia akan pergi bersamaan dengan Apollo asalkan ia tersenyum padamu.

---

Dia, kau putuskan pada akhirnya, punya mata yang sangat cantik. Bulat besar dan gelap, bersinar-sinar seperti lampu di pohon natal ketika ia tersenyum. Dan ketika ia mengedipkan matanya, menatapmu dari balik bulu matanya, kau tahu bahwa kau rela memberikan ratusan berlian hanya untuk menatapnya sepanjang hidupmu.

---

Iri adalah sesuatu yang tak pernah kau rasakan. Bulan menemani langkahmu dan matahari terus berputar di sekelilingmu. Menjadi dirimu, berarti tidak pernah merasakan rasa iri. Setidaknya, sebelum dia datang dan mulai merusak revolusi duniamu. Kau awalnya bertanya-tanya apa namanya ini, perasaan tergelitik yang memaksamu untuk mengerutkan dahi dan menumbuhkan keinginan untuk menghancurkan sesuatu. Kau tidak suka melihatnya menyinari dunia orang lain, karena seharusnya matahari hanya berputar di sekelilingmu. Termasuk dia juga.

Terutama dia.

Tapi kau tidak akan mengakuinya, bukan? Kau diam saja meskipun tanganmu terkepal dan inginmu memasukannya dalam kotak agar hanya kau yang bisa mendapatkan sinarnya.

---

Kau selalu menganggap bahwa hidupmu sudah cukup sempurna. Toh kau juga tidak punya standar yang terlalu tinggi untuk dikejar. Cukup selama kau masih bisa bernyanyi lantang dan menatap awan, cukup begitu saja. Tapi sejak kau bertemu dengannya, hidupmu mulai terasa retak. Karena kau hanya bisa menyanyikan lagu tentang cinta dan awan senja berubah menjadi wajahnya di matamu.

Hidupmu retak, kau jatuh, tapi tidak ada rasa penyesalan.

---

Kau yang selalu mencarinya pertama kali di pagi hari dan menangisi kepergiannya di sore hari. Bagimu dia adalah matahari dan kau adalah bunga matahari yang selalu mencari sosoknya.


That Woman

A woman loves you.
The woman loves you wholeheartedly.
She follows you around like a shadow every day.
She smiles but is actually crying.

She shouts, just in her heart
just in her heart.
No one can hear her
but that woman is still next you

That woman, who loves you
is still next you and she is still crying.


Do you know that
I am that woman?

(That Woman - Baek Ji Young)

Nuvola/Vento

Kau tahu, awan itu tak bisa apa-apa tanpa angin.

Jadi biarkan aku jadi angin untukmu,
yang membawamu ke tempat yang kau inginkan;
yang bersamamu tak peduli terik atau mendung;
yang menemani tiap langkahmu mengelilingi bumi.

Kau tahu, tanpa aku kau hanya partikel air yang mengambang di langit.

tiga puluh tiga

i
Tidak masalah jika kau gagal, lebih baik dari tidak berusaha sama sekali,
katanya.


ii
Hidupmu mudah ya, mengeluh tentang ini itu sementara begitu banyak orang berkerumun hanya untuk memujamu. Sementara aku harus merelakan separuh lengan, sebelah paru-paru, satu kaki, dan sepotong daging hanya untuk tetap tersisa dalam ingatan.


iii
Seumur hidup aku terbungkam lelah, meniti langkah dalam bayang. Separuh nyawa kuhabiskan dalam tiap gerak, hanya untuk mengisi sepersekian otak mereka. Kupikir setidaknya, setidaknya denganmu, aku tidak perlu menyajikan jangtungku di atas piring perak. Setidaknya aku bisa duduk diam tanpa perlu melakukan apa-apa.

Terlalu muluk untuk mengharapkan seseorang memberikan sebelah paru-parunya untuk menggantikan milikku yang telah hilang. Tapi setidaknya, kamu bisa memberikan tempat untukku beristirahat.


iv
Kalau tahu kau hanya ingin aku memberikan jantungku dalam kotak, menghiasinya dengan pita dan kartu, seharusnya dari dulu saja aku mati.


v
Meskipun, tak bisa melihatmu juga sama saja rasanya seperti mati.

32

Pergi, maumu pergi saja.



Burung kecil itu bewarna kuning, ceria dan selalu bersuara nyaring.
Terbang ke sana ke mari seperti sinting.
Setidaknya dia bahagia meskipun tergiling.

Kemudian tangan-tangan itu muncul begitu saja, membangun sangkar dari bahan baja.
Diulurkan ini itu seolah dia raja.


Mati,
burung kuning itu mati.
Tanpa sayapnya terkembang dia tak bisa bernyanyi.

tiga puluh satu

Kala itu dia tinggal di tepi lamunan, bernyanyi tanpa beban,

dengan suara sumbang.
Senyum terkembang,
seolah hidup tak terkekang.

Gemuruh guntur dianggapnya sunyi, seperti kabut di siang hari.
Tertinggal di batas waktu,
dengan sejumlah ragu.
Lirik penuh arti sini situ.

tiga puluh (J)


Aku lupa bahwa cinta itu sebuah pilihan,
kau ambil atau kau buang itu kau yang menentukan.
Aku lupa bahwa aku punya kamu,
sampai kemudian kau muncul begitu saja dari ketiadaan.
Tapi lalu aku ingat,
temaram pijar lentera yang kau bawa,
gemerincing kasih yang kau ulurkan di tangan kanan.

Lewat dua belas bulan, kak,
tapi masih akan terus berlanjut entah sampai kapan.

.

29: J

{ nuvola, nuvola, nuvola,
let me be your wind that'll bring you to neverland }




I'll call your name thrice,

{ every night after I pray,
every night before I go to bed,
and every morning when I open my eyes }

just to remind myself about the promise we made a year ago.



I'm still trying to find my dream,
and you're still trying to achieve your dream,

{ I'll be waiting,
you'll be waiting }

such a long long journey,
and a promise is all we have so we won't get lost.





{ you're in my pray,
always }



.

28: J



jauh, kamu teramat jauh,
hidup dalam gelembung,
melihat segala sesuatunya dalam bias.
jauh, kamu jauh.




.

27: J

Kadang aku lupa betapa sempurnanya kamu,

bahkan di tengah malam kamu masih bisa membuatku tersenyum.
Kadang aku lupa tentang kamu,
sampai di saat-saat seperti ini,
ketika meski terpisah jauh kamu masih terasa dekat.

Kadang aku berpikir aku ya aku, kamu ya kamu,
kita dua individu yang bisa hidup terpisah.
Tapi kemudian di tengah malam begini kamu membuktikan aku salah,
sementara aku mendengar suaramu dari balik selimut
sesekali tertawa karena kamu memang pelawak berbakat.

Kadang aku lupa bahwa aku pernah berpikir tak akan bisa hidup begini tanpamu.
Aku pernah diselamatkan olehmu sekali, dua kali,
ada ketiga kali kah?

Kadang aku berharap jarak bisa dikelabui,
kadang aku berharap kamu di sini, atau aku di sana.

Sekian jam nanti aku akan melanjutkan hidup,
tapi kadang,
di tengah malam,
atau di pagi hari,
mungkin juga di sore hari,
aku akan ingat bahwa aku selalu-----



.

Jump Then Fall


I like the way you sound in the morning
We're on the phone and without a warning
I realize your laugh is the best sound
I have ever heard

I like the way I can't keep my focus
I watch you talk, you didn't notice
I hear the words but all I can think is
We should be together
Every time you smile, I smile
And every time you shine, I'll shine for you

(Taylor Swift--Jump then Fall)



quote this song's lyric once again because this song is simply beautiful.


dua puluh enam

Aku bernyanyi tentang kisah yang tertimbun di bawah tabir memori,

tentang kisah kita yang meniti butiran dalam jam pasir.
Kisah yang tidak seironis Romeo dan Juliet,
tidak semanis Orpheus dan Eurydice,
tidak juga bersejarah seperti Antoinette dan Fersen.

Tapi ini kisah kita, yang lebih berharga dari semua cerita di dunia.

Di mana lagi ada kisah pertemuan yang lebih unik daripada kita,
aku yang mengagumimu karena kau yang serius mengerjakan ujianmu di saat semua orang mengandalkan orang lain.
Tidak ada yang lebih manis, daripada saat kau menelepon rumahku
dan berkata 'aku sayang kamu' dan kemudian memutuskan panggilan begitu saja.

Di mana lagi ada kisah tentang seorang yang seperti dirimu,
yang diam ketika aku menangis frustasi namun tetap menjadi pilar untukku berpegangan.
Hanya sebuah kisah pendek, di mana kita duduk bersebelahan sampai bahu bersentuhan,
tersenyum simpul tanpa memandang satu sama lain.

Ya, aku menyanyikan sebuah lagu tentang kisah cinta yang pudar seiring zaman,
tentang kisah kita yang menyambung takdir dengan asa semata.
Bukan kisah yang sesedih Sigurd dan Brunhilde,
tidak akan semagis Aurora dan Philip,
juga tidak seindah Cleopatra dan Julius.

Tapi ini kisah kita, dan kisah ini jauh lebih berharga dari semua cerita di dunia.

dua puluh lima (J)

Biasanya, biasanya, orang mendeskripsikan seorang yang spesial dengan bintang atau matahari, mungkin bulan, bisa juga pelangi.



Tapi kamu nggak bersinar di tengah kegelapan seperti bintang, nggak secantik mereka juga. Bintang itu spesial, menunjukan jalan pada para perantau, simbol sebuah harapan di tengah gelap. Kamu, jangankan memberikan harapan, berapa kali aku melihatmu terpuruk dalam putus asa?

Matahari itu penuh kuasa, kuat dan memberikan semangat pada orang lain. Sedang kamu lemah, jangankan semangat, meyakinkan dirimu kalau kau itu bagus saja sudah susah. Sama sekali tidak ada mirip-miripnya dengan matahari.

Mungkin kamu lebih seperti bulan. Kelam dan kadang suka bersembunyi. Tapi kamu nggak seindah bulan, nggak semistis itu juga. Kamu lebih membosankan, tanpa ada kesan misterius atau semacamnya.

Pelangi? Kamu nggak semanis itu. Perlambang akhir yang manis setelah hujan lebat, tapi ini bukan deskripsi yang cocok untukmu. Kamu sulit berkata-kata, sulit menyampaikan maksud, sepertinya sangat sulit untukmu mengejar garis finish. Bagaimana mau jadi akhir yang manis kalau begitu?


Tapi tahu tidak, kamu selalu ada. Di malam hari ataupun siang hari, di saat cerah ataupun saat badai. [Seperti awan]. Kau tidak perlu bersinar untuk jadi spesial, tidak perlu jadi indah atau misterius juga. Karena kamu, ya kamu. Selama kamu ada di sini, kamu tetap spesial. Tetap yang paling indah.

dua puluh empat

Kamu mengulurkan hatimu dengan kedua tanganmu. Sebuah hati yang berlubang, rusak sana-sini dengan lelehan kebencian menodai sisinya, berkarat dan penuh duri seperti pagar rumah tak berpenghuni. Kamu menyerahkan hatimu, hati yang penuh luka dan lebam habis terjatuh, yang habis direndam asam dan melepuh dalam api.


Seperti seorang profesional saja, dia meraihnya ke dalam dekapan. Dengan lihai membalut hati itu, yang berderak dan merintih. Dengan gulungan perban dan antiseptik. Dia membetulkannya hingga suara-suara berderik itu hilang, berbekal sepasang obeng dan linggis.

Seperti sihir saja, dia menyentuh hati itu. Dengan mantra yang mengalun indah dan sinar warna-warni yang memenuhi ruangan. Mencucinya dengan madu dan membilasnya dengan cokelat susu. Membungkusnya dengan lima belas bintang, sepasang pelangi, selusin bulan, dan segenggam awan.

Dan saat ia menyerahkannya padamu, hatimu sudah berdetak lagi.

23

Katanya kau si terkail, menjelma dari balik gemuruh petir di penghujung April. Megap-megap ketika seorang mengangkatmu. Lompat tinggi namun meragu.


Biasanya kau berenang bebas, menyusuri sungai sampai samudera luas. Satu waktu kau masuk jala, panik akan masa depan hingga rasanya ingin mati saja.

Katanya kau si pelupa, muncul perlahan dari bawah tirai nestapa.

Katanya kau si matahari, lahir dari riak buih di laut kami. Inginmu lepas kembali ke rumah, menolak segala ramah tamah.


Katanya kau si terlupakan, menjelma dari balik nyanyian bintang di penghujung bulan.


22



Langit merah muda. Itu pintamu waktu itu, ketika kita bicara soal tingginya mimpi dan bagaimana cara kita menggapai awan. Kau ingin langit bewarna merah muda, warna kesukaanmu. Seperti anak kecil pikiranmu itu. Imajinasimu selalu terlampau tinggi, selalu membawaku ke tingkatan teratas mimpi, saat aku akhirnya mengesampingkan kenyataan untuk berbaring dalam mimpi bersamamu.

Kadang aku merasa takut. Kau membawaku terbang begitu tinggi sampai aku takut akan terjatuh dan mati. Aku takut kau akan membawaku terlalu dekat dengan matahari sampai sayapku meleleh seperti Icarus. Kau terlalu indah, terlalu tinggi. Dan kau membuatku takut.


Aku tidak ingin berada dekat denganmu.


Dia berbeda denganmu. Dia seorang yang realistis dan membawaku dalam jalur yang benar. Tiap aku bicara dengannya keyakinanku tumbuh dan hei, aku merasa (untuk pertama kalinya sejak entah berapa lama) aku ini manusia. Punya batasan yang tidak bisa ku lewati tapi itulah kita bukan? Manusia yang tidak sempurna.

Dia berbeda denganmu. Dia menerima batas-batas yang kumiliki dan membuatku merasa aman di tanah. Berbeda denganmu yang membawaku ke atas awan, dia mengajakku menjejak tanah. Duduk di bawah rindangnya pohon dan bermain dengan genangan air sehabis hujan. Dia tidak sempurna, begitupun aku. Kami hanya dua orang manusia yang memiliki kelemahan. Kami hidup begini, tanpa terikat takdir maupun karma.



'Aku tidak ingin bersamamu lagi,' kataku padamu akhirnya, 'kau terbang terlalu tinggi. Aku benci ketinggian.'

Kau marah, aku bisa melihatnya. Kau kecewa, kau sedih. Namun aku tidak ingin tinggal di langit saat aku merindukan bumi. Maaf. Kau mencoba untuk tertawa namun langit berbicara untukmu. Rintik hujan turun perlahan dan kuakui pada saat itu ada sedikit bagian diriku yang ingin tetap bersamamu. Tapi pada akhirnya aku membalikan tubuhku, enggan kembali terbang.


Dia sempurna dalam ketidaksempurnaannya. Senyum cerah dan menyejukan seperti embun pagi. Tangannya dingin seperti batu. Dan suaranya halus seperti gemerisik dedaunan di siang hari. Dia membawaku keliling dunia, menjejak tiap jengkal tanah dengan ceria.

Ini realita yang kuinginkan. Sungguh.

Namun aku heran kenapa tiap hujan datang, aku menemukan diriku menatap awan. Bertanya pada diriku sendiri apa kau yang sedang menangis di atas sana?


Entah sudah berapa lama mendung di atas bumi. Tiap aku melihatmu matamu selalu merah dan kau semakin kurus. Kau tidak lagi terbang dekat dengan matahari, kau selalu mengambang di permukaan seakan mencari sesuatu yang hilang di bumi. Akukah yang kau cari? Tapi aku tidak ingin kembali ke atas sana.



Hidup itu seperti roda, ada kalanya kita di atas ada kalanya kita di bawah. Hari bergulir dan mendung perlahan sirna. Aku takut. Tapi kali ini rasa takut ini berbeda. Hari kembali cerah berarti kau akan kembali ke langit. Dan aku tidak ingin kau pergi.

Tapi kau pergi. Seindah pelangi, kau berlalu pergi. Tanganmu menggenggam tangan orang lain. Bahumu dirangkul oleh orang lain. Dan rasa apa ini yang menggelegak di dalam diriku? Bukankah harusnya aku yang ada ditempat orang lain itu? Aku yang seharusnya berada di sisimu, menemanimu menyusuri awan di atas tujuh samudera.


'Jangan pergi,' kataku padamu akhirnya, 'tinggalah bersamaku di sini.'

Kau menggeleng, seperti mengasihaniku. Tapi kau tidak mengatakan apa-apa. Kau tidak berkata tidak. Dan aku merasakan harapanku melambung sekali lagi.

'Tinggalah bersamaku. Atau kalau tidak, bawa aku bersamamu.'


Kau pergi. Tanpa berkata apa-apa lagi kau pergi. Seperti pelangi yang cepat muncul dan cepat hilang, harapanku sirna ketika kau berbalik. Di atas sana kau bermimpi, di bawah sini aku terhempas realita. Aku mengais tanah, mencari sayap bekas untuk kembali bersanding denganmu. Pada akhirnya tinggal menjejak bumi pun tidak luput dari takdir dan karma.

'Tunggu, kumohon,' pintaku lagi, 'aku sayang kamu, sungguh.'

Kau tersenyum. Bukan seperti sinar matahari yang hangat, senyummu seperti kelabu yang mengisyaratkan hujan untuk datang. 'Terlambat, sudah sangat terlambat.'



Di atas sana tempat kita dulu bermimpi, menyentuh awan dengan ujung jemari. Di bawah sini aku mengubur diri, bernyanyi pilu untuk pemakaman mimpiku. Di bawah sini aku tertidur, tanpa mengenal mimpi dan harapan, hanya terkubur di bawah takdir dan karma. Mulutku terus bicara, seperti melantunkan mantra berulang-ulang, 'aku sayang kamu, aku sayang kamu.' Tapi kau tidak mendengar.

Karena kau jauh di atas sana,
sementara aku terkubur di sini, di bawah takdir dan karma.


21

#writing session: happy




Kita menanti langit kembali biru muda. Duduk-duduk di atas atap dengan setumpuk kartu remi dan sepiring sosis bakar separuh kosong. Sekarang sunyi, semua sudah lelah berkata. Serak suara setelah bercengkrama. Lama, terlalu lama. Untuk terakhir kali kah? Katanya dunia akan berakhir besok.

Deskripsikan hidupmu, dalam satu kata. Satu kata saja, sebagai hadiah perpisahan.

Murung. Bewarna-warni. Sedih. Indah.


Kau tertawa, masih, meskipun dalam hitungan jam kau akan lenyap. Hidup itu pilihan, kau berkata bijak seperti mengutip perkataan dari buku sastra, Sedih itu pilihan, bahagia itu pilihan. Hidup hanya rangkaian hasil dari pilihan-pilihan yang kita ambil.

Semua memandangmu seperti kau gila, masih mencoba berfilsafat saat umur sudah di ujung tali. Kita akan mati. Tapi sampai akhir pun kau masih tersenyum. Kutanya padamu kenapa bisa?

Ini pilihan lain yang kuambil, katamu, sebuah pilihan untuk melihat hal-hal positif di atas yang lain. Tidak mati sendirian, itu perlu disyukuri. Masih memiliki orang tua sampai akhir, itu juga harus diingat. Masih hidup begini. Lebih baik dari mereka, yang sampai akhir tidak memiliki orang tua dan atap untuk berteduh. Lebih baik dari mereka, yang sampai akhir tidak melihat indahnya bintang atau mendengar gemersik dedaunan.

Kita akan mati.


Kau seakan belum mengerti arti dari kalimat itu.

Hanya tersenyum seperti orang gila.


Ingin bertemu Tuhan, katamu, berterima kasih sudah memberikan kehidupan yang luar biasa. Lah. Apanya yang luar biasa, hidupmu biasa saja. Tidak ada bedanya denganku, dengan yang lain. Kau bilang, lihatlah lebih teliti, ada banyak hal kecil maupun besar yang patut disyukuri, Tuhan amat mencintaiku.


Kita akan mati.

Dan kita menantinya dengan senang hati. Dengan satu pak kartu remi dan piring kosong.

Hey Stephen

I could give you fifty reasons why I should be the one you choose
All those other girls, well they're beautiful.

But would they write a song for you?

(Hey Stephen, Taylor Swift)

Not Much But Enough



I told my self that it's okay.
'It doesn't matter, it's not like I care anyway.'
Who am I kidding, really.
It's kinda pathetic and lame.

I really don't have a reason,
to check my inbox every five seconds.
I really don't have a reason,
to waiting for your call every night.
Just for a simple line like, 'hey watcha doin'?'
But too bad I'm doing it now.

Cause you know, I kinda like you.
Just a little bit.
But enough to mess my head.
Just a tiny part of me.
Not much,
but just enough.
(DPP6)


dua puluh (A)



You're worth the risk, I guess.



Sembilan Belas (A)

Entah kau sadar atau tidak, caraku menarik perhatianmu dengan selalu mengajakmu bicara--untuk hal sekecil apapun, atau caraku berdiri dekat denganmu supaya kau menyadariku, atau mungkin, bagaimana mataku selalu mengikutimu, dan bahwa sosokmu adalah yang paling pertama kucari tiap kali aku memasuki ruangan. Namamu adalah yang paling sering kusebut dalam sehari. Entah kau sadar atau tidak.


Kupikir aku melihatmu melakukan hal yang sama. Kau menatap mataku, kau berdiri dekat denganku, kau duduk menemaniku, kupikir mungkin kau juga berusaha melakukan hal yang sama. Mungkin.

Entah memang benar, atau harapan membuatku delusional.



Either way, I'm not giving up.

Enigma: A

You're enigma, really.



Aku tersenyum, berjalan bolak balik, membantumu ke sana-sini, tetap saja kau acuh tak acuh. Lagakmu seperti kau tak peduli akan dunia di sekelilingmu. Aku pontang-panting juga kau melirik pun tidak. Yang benar sajalah, masa tidak ada satupun usahaku yang kau akui?

Seperti puzzle yang amat sangat rumit. Semakin kumainkan semakin dia bertambah kacau. Polanya tak tertebak dan akhirnya aku hanya bisa berhenti. Meletakannya di lantai dan memandanginya dari kejauhan. Bukan menyerah, hanya memikirkan strategi selanjutnya. Kuberitahu ya, aku bukan tipe yang mudah menyerah.


D.

that quiet place, where our hearts can meet


I love your voice,
I fell in love with your voice first,
just like hundreds of others did, too.

That’s not really very special, I think.

But, you know, I fell in love with the rest of you, too,
so to me it’s alright if you give your voice away to those hundreds or thousands of others.
I know that’s what you want.
Just as long as the rest of you can be mine, can be with me –
–it’s all okay.


(that quiet place, where our hearts can meet by Deplore)

Delapan Belas: H, I, J


Aku suka bagaimana tiap kali kita berpapasan kau akan berpura-pura tidak melihatku, namun kau tetap menjaga jarak untuk memastikann aku melihatmu. Kemudian ketika aku menatapmu, kau hanya balas menatap tanpa mengatakan apa-apa. Baru ketika aku memanggil namamu kau akan mengangkat satu tanganmu dan tersenyum, sedikit. Karena kau kira tipe yang cool begini akan lebih menarik perhatian.

Kubilang, kau terlalu banyak membaca komik.



Aku suka bagaimana kau bicara keras-keras dengan temanmu, tertawa terbahak-bahak karena lelucon yang tidak kumengerti. Namun ketika aku mengetuk pundakmu untuk menanyakan sesuatu, kau akan langsung mengubah nada bicaramu. Kuakui nada-nada lembut dan manis adalah kelemahanku. Dan kau memanfaatkannya.

Curang.



Aku suka melihat jari-jarimu yang cekatan bermain di atas karyamu. Saat kau membentuk musik dengan gitar atau ketika kau sibuk dengan laptop atau handphonemu. Anehkah kalau aku merasa iri pada mainanmu? Karena aku ingin jemarimu itu menggenggam jemariku saja. Jangan dilepas.

Jangan, kubilang.



Aku suka bagaimana meskipun banyolan selalu keluar dari mulutmu, kau bisa menunjukan kedewasaanmu di saat yang tepat. Biasanya cerita-ceritamu konyol, kau sadar tidak? Tapi kemudian kau mengatakan sesuatu tentang kehidupan, di saat kami berkata A, kau akan melihat jauh ke depan dan berkata B. Sisimu yang begini, membuatku ketar-ketir karena, hei, kau luar biasa. Kenapa bisa aku kagum pada sosok paradoks yang begini, entahlah.

Kau kompleks, sih.




Kata orang, 'aku mencintainya karena dia sempurna di mataku'. Konyol, kubilang. Maka nanti saat dia tak lagi sempurna di matamu, kau akan berhenti mencintainya? Biar kubalas dengan mengatakan hei, 'kau terlihat sempurna karena aku menyukaimu'. Karena aku teramat menyukaimu hingga semua hal tentangmu terlihat sempurna di mataku.





Eternally yours, sir.


Tujuh Belas (J)

Seperti melihat gelembung,
dari luar kau mempesona dengan warna.
Satu saja sentuhan jemariku bisa langsung membuatmu pecah,
lenyap seperti kabut pagi.
Jadi terpaksa aku menunggu, melihat, menatap,
warna-warna pelangi yang kau pantulkan.
Cerah dan ceria,
seperti bunga matahari yang baru mekar.
Kali kusentuh kau segera hilang,
tinggalah aku menangisi kepergianmu.
Jadi biarlah aku melihat dari sisi,
sementara kau menarikan warna-warna.

enam belas (J)

Senja enggan datang,

katanya karena kau larang.

Kenapa?
Padahal kau menolak berbagi surya,
awan kau ambil dalam kuasa.
Namun tetap tak kau izinkan mendarat, sang senja.

Aku enggan berbagi,
kukatakan itu padamu lagi.
Seolah tak mendengar kau pergi,
meninggalkan harapan dalam untaian pelangi.

Senja enggan datang,
kuakui aku yang membiarkannya mengambang.
Karena pelangimu belum hilang.
Dan sampai suatu saat nanti warnanya berkurang,
aku akan terus berharap kau datang.

Lima Belas (J)


Terkadang kau seperti mimpi, seakan ketika jemariku menyentuhmu kau akan lenyap menjadi kabut. Rapuh dan teramat indah. Mungkinkah kau malaikat?

Suaramu seperti nyanyian siren, terus memanggilku meskipun aku menjauh pergi. Terus menerus menarikku ke dalam buaian ombak. Kapalku karam tersapu, namun yang kupikirkan hanyalah dimana asal suara itu? Yang secantik satin hitam, yang membuatku berpikir bahwa mungkin, mungkin aku sudah berada di surga.

Kau tidak selalu bernyanyi, namun tiap kata yang terucap seperti bait-bait lagu. Karena kau bercerita tentang kehidupan. Bulan sabit yang muncul kerap kali kau tersenyum bercerita tentang kebahagiaan, tangan yang bergerak-gerak saat kau tertawa bercerita tentang kekuatan, dan mata yang menatapku saat kau membisu bercerita tentang...


...cinta.





Mungkin itu matamu, mungkin itu senyummu, atau mungkin suaramu, atau mungkin tekadmu, atau kepercayaan dirimu, mungkin juga itu karena kau berbeda.


Ini rahasia kecilku, tapi,
aku sungguh-sungguh ketika mengatakan kau satu-satunya.





...

Fourteen (J)

I never thought about doing something to please others. I love myself so damn much until I don't really care whether I please someone or not.


But you are different.

The first time I saw the real you, I was enthralled. You seemed like a far fetched dream... but I know you're real. Because there's no dream can make me laugh, make me smile, make me cry, like you do.

You have no wings, but a pair will look good on you. You are ethereal, like a fragment of my imaginations. But I know you're real. You must be real, because if you're not, then my feeling is a dream as well.


I might not in love with you, but I do love you. As cheesy as it sounds, I do. There is nothing I won't do to keep you happy, there is nothing I won't do to make you smile.

It is surreal, it does feel like a dream.



But no matter what, you're real. And so is this love.



Tiga Belas

Seperti awal sebuah film,

adegan pembuka di mana mata pertama bertemu.
Cameo di belakang berdengung;
dan perlahan musik mengalun.
Dan satu kata dalam pikiran hanyalah,

takdir.


Oh, klise.
Memang.
Tapi semua orang ingin memiliki dongengnya sendiri.
Dan yah, apa boleh buat.

Seperti kisah lain,
semua berjalan sempurna pada awalnya.
Seperti kisah lain,
semua mendadak luruh.
Dan ide untuk memperbaiki urung muncul.

Seharusnya epilog dari kisah ini juga sesuai skenario.

Happily ever after,
katanya.

Sang naga perkasa mati,
penyihir hitam pupus,
ibu tiri mendapat hukuman setimpal,
saingan licik menerima ganjaran,
kemudian pangeran dan putri hidup bahagia selamanya.
The end.

Jika ini sebuah dongeng,
akhirnya juga akan begitu.
Tapi 'bahagia selamanya' tidak ada dalam kenyataan.
Sekeras apapun kau berharap,
sekeras apapun kau memohon.



Karena jika ini dongeng,
kau akan ada di sini.


Just another wide-eyed girl



Help but wish I could see your face
And I knew from the first song played
I'd be breaking all my rules to see you
You smile that beautiful smile and
All the girls in the front row scream your name

So dim that spotlight, tell me things like
I can't take my eyes off of you
I'm no one special, just another
Wide eyed girl who's desperately in love with you

(Superstar - Taylor Swift)


dua belas

Menggelegak, begitu.

Ingin mengumpat, menjerit, meraung;
berkali-kali mengatakan bahwa dunia memang tidak adil bukan berarti menerima.
Terus berusaha menggapai mimpi,
namun hanya bisa pasrah ketika perlahan semuanya lebur.
Ketika satu demi satu menemukan jalan;
sementara diri terhenyak di depan buntu.
Ingin mengumpat, menjerit, meraung;
tapi daya untuk berusaha sudah lenyap.
Seakan bintangnya jatuh di sana,
sedang kau di sini.

Sebelas

Hal terburuk yang dapat terjadi adalah ketika kau menyadari bahwa apa yang selama ini kau genggam tidak nyata. Saat lantai tempatmu berpijak runtuh dan pilar yang menopangmu goyah. Putus asa mencari pijakan baru atau sekedar tali tempatmu bisa bergantung.


Semuanya mendadak surreal, dan kau mulai mempertanyakan batas antara kenyataan dan imajinasi. Karena tampaknya keduanya sudah bias, bercampur di dalam kepalamu. Ini sulit untukmu, terlalu sulit. Kau tidak tahu lagi harus bertumpu pada apa. Pada siapa.

Kau mencoba kembali pada mimpimu, berharap imajinasimu adalah kenyataan. Tapi kau tahu itu takkan terjadi. Jadi kau terpaksa melangkah dari lantai yang rapuh, mencari satu tempat yang bisa mengangkatmu.

Itu sulit, amat sulit.