75

Kau, tuan, barangkali salah persepsi tentangku. Kau bisa mengaduk-aduk isi kepalaku dan yang kau temukan hanyalah keramahan, bukan obsesi. Kau, tuan, barangkali menilai dirimu sendiri terlalu tinggi, delusi yang membutakanmu, hingga kau sering kali salah menafsir.

Mungkin menurutmu kau setinggi bintang, tapi tak berarti semua orang rela bersusah payah menggapaimu. Obsesif, mungkin salah satu sifatku, tapi bukankah agak terlalu sombong untukmu merasa seolah aku mengejarmu seperti musafir mencari oasis?

74

I don’t have anything I can give you, but I’m missing you.

I can’t even give you loving words, but I’m missing you.

I can’t even boldly wish for you to be mine, but I’m missing you.

So I push you away.


(INFINITE - Only Tears)

73

Dulu aku pernah bilang, berikan aku waktu. Tidak perlu lama, hanya sampai aku bisa mengingatmu kembali dengan senyum. Pada saat itu rasanya seperti mustahil, tapi benar kata orang bahwa waktu bisa menyembuhkan segalanya. Aku harus berterima kasih padanya, karena sekarang aku sudah bisa melakukannya. Mengingatmu dengan senyum.

Kau masih jadi yang paling indah. Masih satu-satunya yang bisa membuatku menuliskan kata-kata manis penuh pujian, masih jadi yang paling terang di antara semua bintang. Tapi kali ini aku sekedar menjadi pengagum sinarmu.

72

Apa kau pernah mendengar legenda phoenix? di akhir hidupnya ia terbakar hingga hanya menyisakan abu. tapi dari abu itu ia akan lahir kembali, lebih gagah dan lebih cantik daripada sebelumnya. kehancurannya tak membuatnya mundur, tapi dijadikannya sebuah alasan untuk meninggikan diri.


kau tahu, indira? aku bercerita bukan untuk menghiburmu. kau semestinya sadar, bahwa aku sedang menyindirmu. untukmu yang terbang lebih tinggi daripada siapapun, untukmu indira yang lebih mengenal langit daripada siapapun. apakah satu kali jatuh saja sudah membuatmu hancur lebur, mengubur diri hingga kau lenyap dari ingatan?


71

Fotomu masih tersimpan dalam memori komputerku, sama seperti bayanganmu masih tersimpan dalam memoriku. Proses rekursif harusnya dimulai dengan menentukan basis; tapi aku tak pernah mengidahkan teori. Mungkin seharusnya aku mengikuti kata diktat. Mungkin bila aku memiliki basis, proses rekursif ini akan berhenti dengan sendirinya. Namun sekarang dalam memoriku hanya kamu, kamu, kamu, kamu saja, dan berulang dari awal lagi saja.

70

Ingat tiap usahaku untuk mengajakmu menjelajah bumi? Tiap kali juga kau mengatakan bahwa tidak ada tempat yang lebih baik daripada tanah tempatmu berpijak, tiap kali itu juga aku mengatakan (mengandaikan) lain kali. Tapi aku tidak akan ada untuk selamanya, kubilang. Kau masih diam di tempat.


'Tiap kali' akhirnya lekang oleh waktu. Seperti teorimu yang berkata tidak ada yang bisa bertahan selamanya. Aku sudah bilang aku tidak akan ada untuk selamanya.

Sekarang harusnya kau mengerti.