235

andai kita bisa memilih jadi apa ketika dilahirkan, andai waktu bisa berputar kembali dan aku punya kesempatan untuk memilih; jalan yang kuambil akan tetap ini. aku bisa menjadi pohon, tempat kau bisa mengistirahatkan sayapmu yang lelah. aku bisa menjadi malam, supaya kau bisa bersinar lebih terang dari siapa pun. meski aku punya kesempatan untuk mengubah segalanya, aku akan tetap berada di sampingmu.

236

Menit ini, detik ini; temanku sedang berjuang melawan sang api. Gagah perkasa ia berkobar sampai ke langit, membawa teror sampai ratusan meter. Kami semua mengangkat tangan dan berdoa 'hujan, hujan, turun sekarang, tolong'. Tapi langit bergeming, seakan apa yang kami ucapkan hanya sekedar hembusan angin.

234

Dalam kata yang sulit diungkap kita bicara, dalam isyarat ambigu yang bisa kau tafsir sekehendak hatimu. Bahkan kata 'tidak' menjadi banyak arti; tidak tahu, tidak sekarang atau tidak akan pernah; kau bisa memilihnya sendiri. Garis yang ada kau injak-injak hingga hanya menyisakan bekas yang tak lagi lurus. Barangkali itu yang kau suka, ambiguitas yang membuatmu merasa aman. Karena kau percaya bahwa ada berbagai macam abu-abu di dunia ini dan label tidak pernah membenarkan siapa pun.

233

Salju, kau pikir, adalah anugerah alam terindah sekaligus paling menyedihkan. Kau pikir tidak ada pemandangan semagis daratan bersalju, kontras antara cerah matahari di langit dan dingin yang menusuk, jejak kaki yang tersisa kemana pun kau melangkah, pipi-pipi yang memerah karena dingin dan uap yang keluar tiap kali kau berbicara. Yang terlihat hanya putih, putih di mana-mana. Sejenak, kau merasa seperti berada di dalam negeri fantasi. Jika musim semi datang, kau pikir kau bisa menangisi kepergian salju yang menemanimu.

Kau pikir sayang sekali bahwa pulau tropis tidak akan pernah mendapati hujan salju. Tidak akan ada orang yang terbangun dan melihat ke luar jendela dengan bahagia, berseru 'salju pertama' tahun ini sudah turun. Yang kau punya hanya hujan dan hujan. Hujan es barangkali yang paling mendekati. Meskipun kau rasa kau tidak akan merasa senang jika kau tidak berada di bawah atap ketika es jatuh.

Hujan. Hujan. Kau pikir cuaca yang begini bisa membuat banyak orang depresi. Meskipun banyak orang mengeluh panas, kau pikir tiap orang masih membutuhkan matahari dalam hidupnya. Mungkin itu yang menyedihkan dari musim hujan, bahwa kau jarang bisa melihat matahari.

232

Ia tak pernah berkata apa duka yang selalu diseretnya hingga ia tak bisa membumbung tinggi. Seolah dunia kami yang sempit ini tidak akan pernah paham; karenanya ia terus membisu. Kami memujanya, tapi ia hanya sebuah tatapan menerawang yang tidak pernah benar-benar ada. Sekedar selongsong baik rupa yang lupa isinya. Lupa mimpi, lupa nama.

231

Tuhan, malam ini sekali lagi aku melihat malaikatMu. Dengan latar belakang langit hitam dan kepulan asap, di tengah hiruk pikuk ibu kota yang enggan menutup mata. Di antara semua yang kusam ini, di antara yang kelam ini; kurasa semua orang sesekali akan bosan.


Tuhan, malam ini aku mendengar malaikatMu bernyanyi. Betapa aku membenci senyap, pasti Kau yang paling tahu. Apa itu sebabnya Kau membiarkannya bersuara? Karena Kau Maha Pengasih, aku yakin pasti begitu. 

Tuhan, malam ini aku kembali berbicara padamu dalam kata yang maknanya hanya kita yang tahu. Bahasa rahasia yang tak akan dipahami oleh mahluk lain sehingga aku tak perlu susah berbisik. Toh hanya Kau yang bisa mendengar (dan hanya Kau yang bisa menjawab).

Selamat malam, Tuhan.

230

eksistensimu hanya sebatas tali yang kugenggam erat di tanganku. balon helium yang ingin membumbung tinggi tapi tidak pernah bisa menyentuh langit. jangan pergi. jangan pergi. aku belum akan melepaskanmu.