dua puluh empat

Kamu mengulurkan hatimu dengan kedua tanganmu. Sebuah hati yang berlubang, rusak sana-sini dengan lelehan kebencian menodai sisinya, berkarat dan penuh duri seperti pagar rumah tak berpenghuni. Kamu menyerahkan hatimu, hati yang penuh luka dan lebam habis terjatuh, yang habis direndam asam dan melepuh dalam api.


Seperti seorang profesional saja, dia meraihnya ke dalam dekapan. Dengan lihai membalut hati itu, yang berderak dan merintih. Dengan gulungan perban dan antiseptik. Dia membetulkannya hingga suara-suara berderik itu hilang, berbekal sepasang obeng dan linggis.

Seperti sihir saja, dia menyentuh hati itu. Dengan mantra yang mengalun indah dan sinar warna-warni yang memenuhi ruangan. Mencucinya dengan madu dan membilasnya dengan cokelat susu. Membungkusnya dengan lima belas bintang, sepasang pelangi, selusin bulan, dan segenggam awan.

Dan saat ia menyerahkannya padamu, hatimu sudah berdetak lagi.

Leave a Reply