dua puluh lima (J)

Biasanya, biasanya, orang mendeskripsikan seorang yang spesial dengan bintang atau matahari, mungkin bulan, bisa juga pelangi.



Tapi kamu nggak bersinar di tengah kegelapan seperti bintang, nggak secantik mereka juga. Bintang itu spesial, menunjukan jalan pada para perantau, simbol sebuah harapan di tengah gelap. Kamu, jangankan memberikan harapan, berapa kali aku melihatmu terpuruk dalam putus asa?

Matahari itu penuh kuasa, kuat dan memberikan semangat pada orang lain. Sedang kamu lemah, jangankan semangat, meyakinkan dirimu kalau kau itu bagus saja sudah susah. Sama sekali tidak ada mirip-miripnya dengan matahari.

Mungkin kamu lebih seperti bulan. Kelam dan kadang suka bersembunyi. Tapi kamu nggak seindah bulan, nggak semistis itu juga. Kamu lebih membosankan, tanpa ada kesan misterius atau semacamnya.

Pelangi? Kamu nggak semanis itu. Perlambang akhir yang manis setelah hujan lebat, tapi ini bukan deskripsi yang cocok untukmu. Kamu sulit berkata-kata, sulit menyampaikan maksud, sepertinya sangat sulit untukmu mengejar garis finish. Bagaimana mau jadi akhir yang manis kalau begitu?


Tapi tahu tidak, kamu selalu ada. Di malam hari ataupun siang hari, di saat cerah ataupun saat badai. [Seperti awan]. Kau tidak perlu bersinar untuk jadi spesial, tidak perlu jadi indah atau misterius juga. Karena kamu, ya kamu. Selama kamu ada di sini, kamu tetap spesial. Tetap yang paling indah.

Leave a Reply