91

Ini kisah tentang seorang menteri yang arif dan bijaksana. Di tangannya negeri ini takkan pernah hancur, di tangannya juga negeri ini takkan pernah berubah. Ini masa demokrasi di mana nepotisme menggerogoti badan pemerintahan.

Ini cerita tentang seorang panglima perang yang tombaknya menghunus langit. Di tangannya Libra bertahta meskipun tanpa belas kasih. Ini masa monarki ketika mereka yang kaya akan semakin kaya dan mereka yang miskin akan semakin miskin.

90

sesederhana sebuah huruf dalam kalimat, selembar kertas dalam buku, sebuah atom dalam zat.
jawabannya sesederhana itu.

89

Untuk seorang yang logis kau terlalu banyak bermimpi. Membisikan seandainya, mengucapkan kalau saja, mengumandangkan pengandaian yang tak pernah sampai ke ujung piramid.

88

Kupikir yang namanya cinta seharusnya hanya membawa kebahagiaan. Ketika dihadapkan dengan sisi buruknya, aku mulai mencari nama lain untuk rasa. Obsesi mungkin, karena inginku menguncimu di sisiku. Iri mungkin, karena kamu jauh lebih baik daripada yang pertama kupikirkan.
Suatu saat, kupikir aku akan benar-benar melakukannya, mengalungkan gembok di lehermu agar aku selalu tahu kamu milikku.

87

Tuan jenderal,

perang kita sudah dimulai dari lama. Ketika padang pasir belum ditapaki, ketika badai belum datang. Ketika perdamaian nampak seperti titik jauh yang kau percayai akan datang suatu hari.
Tapi kita prajurit, terbang di atas desingan peluru dan luruh diselimuti mimpi. Haruskah kita tetap menurunkan senjata meskipun itu juga akan jadi penanda akhir dari eksistensi kita?

86

Kami ini pejuang yang sibuk lalu lalang.
Bukannya jalang, hanya sekumpulan petualang.