249

Pilu menurunkan tangannya, tidak dengan hati-hati seperti belaian; ia datang menampar dengan keras, sekuat tenaga. Sampai tubuhmu goyah dan untuk pertama kalinya dalam kurun waktunya yang lama, kau ingat bahwa dunia ini berputar (dan tidak pernah berhenti, hanya di dalam pikirmu, di dalam anganmu).

(Selamat tinggal, malaikat)

Pagimu berupa rangkaian yang sama tiap harinya, hanya satu dua hal yang berubah. Kau berusaha membuatnya tetap sama, menu sarapan yang sama, bunga di dalam vas yang sama; tapi kau tahu bahwa tidak ada lagi yang sama (hanya serupa tapi tidak akan pernah sama).

Semuanya terasa dingin dan kelu, hujan terus menerus meskipun di langit matahari benderang. Denting piano yang ceria terdengar seperti simfoni duka. Forget-me-not di atas marmer dari hari yang lalu sudah mengering.

Selamat tinggal (selamat tinggal), tiba waktunya untukmu memejamkan mata dan bermimpi. Mimpi tentang semua yang sudah kita lalui selama ini.

248

Ratuku, dalam kisahnya, punya kesabaran sepanjang sungai nil.
Kerap kali kubisikan, Shahrazad, Shahrazad, anda telah kehilangan hak untuk hidup.
Ia seakan tak mendengar, menyulam harapan menjadi fajar.

247

Dalam ragamu, dalam jiwamu yang membusuk, kau sadar ada pertanyaan besar di sana. Sesuatu yang besar dan beratnya membuat jantungmu sulit memompa dan nafasmu tersengal. Dalam hatimu, dalam kepalamu yang terpecah belah, ada duka yang dibungkus lapisan koran. Berlapis-lapis, lapis, lapis layaknya bawang. Dalam duniamu, dalam belukar yang membelitmu, kau hanya ingin terbangun.