Aku takut dihapus dari ingatan,
siapa yang bilang hitam itu hitam, putih itu putih.
kalau aku ingin memanggil kuning merah siapa yang bisa bilang itu salah?
hijau mungkin merasa biru,
merah mungkin merasa kelabu,
tapi orang akan memanggil saya buta jika memanggil merah kelabu.
Meskipun apa yang saya tuliskan buat kamu sungguh-sungguh,
saya masih mempertimbangkan pilihan untuk kembali.
Kalau saja pilihan itu masih ada.
Saya memang egois,
tapi kata seorang teman,
menginginkan kebahagiaan itu manusiawi.
Kalau kebahagiaan itu saya dapatkan bersama kamu,
apa itu salah?
Orang bilang saya kuat, tapi ada kalanya saya ingin lari. Karena ketidakpastian itu mengerikan, karena sesungguhnya saya tidak tahu lagi harus berbuat apa sekarang. Sekalipun saya terus berkata saya baik-baik saja, tapi malam ini saja, saya rindu kamu. Meskipun besok mungkin saya akan berpura-pura semua ini tidak pernah terjadi.
Katamu tidak ada yang lebih sulit daripada melupakan, karena itu kita tidak perlu melupakan, hanya memindahkan kenangan dalam wadah yang lain. Katamu apa pun yang terjadi kamu akan selalu ada, karena kita sama-sama janji tidak perlu ada cinta yang hilang.
Tapi mungkin semua hanya kalimat manis untuk mengusirku pergi. Pelan-pelan, supaya tidak ada rasa bersalah. Kalau kamu sungguh-sungguh, seharusnya bukan aku saja yang merasa kesepian. Sunyi sampai mengutuk nasib dan menangis melolong seperti serigala. Nyatanya kamu sudah tidak mendengar suaraku lagi. Akhirnya aku satu-satunya yang berjalan mendaki tangga, sementara kamu mengambil alih elevator.
Mungkin sebenarnya aku hanya butuh sebuah isyarat, tidak perlu diteriakan, bahwa aku tidak sendirian menjalani semua ini. Tolong bilang padaku kalau kamu masih mendengar suaraku...
Lalu di akhir ceritanya kau jadi bertanya-tanya, mengapa kau melakukan, kita melakukan, sesuatu yang jelas sia-sia. Momen adalah sesuatu yang tidak terjadi dua kali, dan berharap mengulanginya adalah mimpi manusia yang mustahil diwujudkan. Karena kalau Kala bisa diputar, maka tidak akan ada yang namanya penyesalan. Karena Kala abadi dan tegar, ia enggan berhenti apalagi berbalik.
Kau, tuan, barangkali salah persepsi tentangku. Kau bisa mengaduk-aduk isi kepalaku dan yang kau temukan hanyalah keramahan, bukan obsesi. Kau, tuan, barangkali menilai dirimu sendiri terlalu tinggi, delusi yang membutakanmu, hingga kau sering kali salah menafsir.
Mungkin menurutmu kau setinggi bintang, tapi tak berarti semua orang rela bersusah payah menggapaimu. Obsesif, mungkin salah satu sifatku, tapi bukankah agak terlalu sombong untukmu merasa seolah aku mengejarmu seperti musafir mencari oasis?
(karena tidak ada fungsi repost di blogger dan setahun berlalu sudah)
I am Vindicated
I am selfish
I am wrong
I am right
I swear I'm right
I swear I knew it all along
(Vindicated, Dashboard Confessional)
Hal yang paling mengerikan mungkin adalah
meskipun ketika ada saatnya kau berbohong seburuk apapun
aku tetap akan percaya
seperti orang buta yang mengikuti cahaya pertama yang dilihatnya
Sampai saat ini, kau tak pernah mempertanyakan takdir,
Sampai saat ini, bagimu hidup adalah kumpulan pilihan.
Sampai saat ini, kau tak pernah menyalahkan takdir.
Sampai saat ini, kau masih merasa memilih.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini, kau masih takut mengatakan 'kalau saja'.
Sampai saat ini, kau masih takut akan meragukan takdir.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini.
Sampai saat ini—
Selamat sore Jenderal,
ternyata aku yang mengaku ekstrovert lebih bisa menulis daripada berucap. Atau mungkin karena lewat tulisan baru aku bisa berpikir.
Aku masih ingin mengurungmu, meskipun kau bosan dan marah, apa kamu mau sabar menunggu sampai tiba waktunya aku bisa melepasmu dengan sukarela? Meskipun kamu bisa bilang bahwa banyak orang yang lebih baik, tolong lihat dari posisiku yang mengetahui meskipun kamu yang kelima dari enam, aku cuma pernah milih kamu. Sebegitu spesialnya kamu. Tapi karena itu juga, sekarang aku bersamaan dengan proposalku, minta kamu untuk tetap tinggal.
Mungkin untuk sekarang ini aku belum bisa menjanjikan apa yang kamu harapkan, karena pada akhirnya di akhir hari aku mengulang kejadian kemarin-kemarin. Aku menyalahkanmu untuk kali ini, karena kalimatmu di akhir ternyata berdampak lebih besar daripada yang aku kira. Jadi boleh aku berharap, janjimu untuk menunggu akan berlaku?
Selepas bulan enam,
riak berubah menjadi gelembung.
Selepas bulan dua belas,
langit bergemuruh tapi tak pernah menangis.
Selepas bulan dua,
dunia kembali berputar namun
Indira tak pernah mengikuti rotasi.
Aku menempatkanmu berdampingan dengan Tuhan, karena katanya itu yang dilakukan oleh orang yang sedang jatuh cinta. Tapi pada dasarnya yang namanya juara hanya satu, kemudian kita dihadapkan pada pilihan antara kebenaran dan kebetulan.
Jadi kali ini aku mendorongmu jauh dari singgasana, karena jika burung yang baru menetas saja bisa terbang, maka seharusnya kau bisa meluncur ke luar angkasa. Tidak perlu melihat ke belakang. Karena kita sama-sama tahu apa yang baik, karena kita sama-sama mengerti siapa juaranya.
Aku pernah menempatkanmu berdampingan dengan Tuhan,
aku pernah berdiri di sisi Tuhan,
tapi kini sudah saatnya kita turun tahta.