92

Sepanjang hayatmu kau belajar mengenai pilihan. Bahwa apapun yang kau lakukan, kau rasakan, kau inginkan, adalah sebuah pilihan. Kau punya kebebasan yang terlalu luas hingga kau sendiri yang membuat jeruji.

Kadang kau melupakan siapa pembuat batas, kadang kau melupakan bahwa hakikat dari kebebasan adalah agar kau bisa membentuk kebahagiaanmu sendiri. Kau punya langit luas untuk dijelajahi, buat apa berlindung di balik atap?

91

Ini kisah tentang seorang menteri yang arif dan bijaksana. Di tangannya negeri ini takkan pernah hancur, di tangannya juga negeri ini takkan pernah berubah. Ini masa demokrasi di mana nepotisme menggerogoti badan pemerintahan.

Ini cerita tentang seorang panglima perang yang tombaknya menghunus langit. Di tangannya Libra bertahta meskipun tanpa belas kasih. Ini masa monarki ketika mereka yang kaya akan semakin kaya dan mereka yang miskin akan semakin miskin.

90

sesederhana sebuah huruf dalam kalimat, selembar kertas dalam buku, sebuah atom dalam zat.
jawabannya sesederhana itu.

89

Untuk seorang yang logis kau terlalu banyak bermimpi. Membisikan seandainya, mengucapkan kalau saja, mengumandangkan pengandaian yang tak pernah sampai ke ujung piramid.

88

Kupikir yang namanya cinta seharusnya hanya membawa kebahagiaan. Ketika dihadapkan dengan sisi buruknya, aku mulai mencari nama lain untuk rasa. Obsesi mungkin, karena inginku menguncimu di sisiku. Iri mungkin, karena kamu jauh lebih baik daripada yang pertama kupikirkan.
Suatu saat, kupikir aku akan benar-benar melakukannya, mengalungkan gembok di lehermu agar aku selalu tahu kamu milikku.

87

Tuan jenderal,

perang kita sudah dimulai dari lama. Ketika padang pasir belum ditapaki, ketika badai belum datang. Ketika perdamaian nampak seperti titik jauh yang kau percayai akan datang suatu hari.
Tapi kita prajurit, terbang di atas desingan peluru dan luruh diselimuti mimpi. Haruskah kita tetap menurunkan senjata meskipun itu juga akan jadi penanda akhir dari eksistensi kita?

86

Kami ini pejuang yang sibuk lalu lalang.
Bukannya jalang, hanya sekumpulan petualang.

85

Aku masih tak percaya pada takdir, masih menganggapnya sebagai satu hal klise yang disebut-sebut hanya untuk meromantisir suasana.


Kebetulan saja garis hidup kita berpotongan; dan pilihan kita yang membuat garis itu kini berimpit. Walaupun hidup tidak bisa digambarkan dalam ekuasi sederhana, tapi bukankah menyalahkan takdir atas pilihan yang kita ambil itu sedikit egois?

84

Kata Voltaire, optimisme adalah menganggap semuanya baik-baik saja ketika kita berada di neraka dunia. Delusi, kalau boleh kusimpulkan, untuk orang-orang yang tidak bisa menerima kenyataan. Voltaire tidak mempercayai Tuhan, karena jika Zat Yang Mahakuasa itu ada, kenapa ada kesengsaraan di dunia ini? Kenapa Ia tidak menjauhkan mahlukNya dari kesedihan?

Rousseau, tokoh sosialis itu, menulis surat padanya. Katanya ia lebih memilih mendengarkan ucapan uskup mengenai harapan daripada mempercayai kata-kata Voltaire. Katanya pandangan Voltaire itu sama saja dengan mengatakan, "kau dilahirkan sengsara, pasrah saja. Kalau ada Tuhan, ia tidak akan membiarkanmu mengalami kesusahan. Terima saja nasib burukmu, karena kau diciptakan tanpa tujuan. Kecuali mungkin untuk menderita."

Voltaire orang yang berkecukupan, dengan nasib baik mengikutinya. Ia tidak pernah merasakan beratnya hidup ketika harus hidup dalam bayang-bayang borjuis. Ia tidak pernah merasa jatuh sedalam-dalamnya hingga satu-satunya yang membuatnya terus hidup hanya sebuah harapan bahwa kelak, suatu saat, nasib akan berubah. Tuhan Maha Adil.

83

Kupikir semuanya berawal dari suatu hari penghujung musim hujan, ketika kita kebetulan duduk bersebelahan. Kita berbicara sampai orang-orang datang dan kita berjalan menuju kerumunan yang berbeda.


Mungkin juga semuanya diawali tugas yang kebetulan kita emban bersama. Meskipun saat itu kita sama-sama tidak menganggap relevan eksistensi yang lain. Tapi kurasa itu juga saat pertama kali aku berpikir kau cukup manis.

Sepertinya semesta ikut campur terlalu banyak, karena sejujurnya aku tidak ingat alasan kau tiba-tiba terlihat berbeda pada suatu hari. Tapi malam ketika kau menemaniku sepanjang perjalanan ke rumah mungkin alasan utama kau melesat ke peringkat teratas dalam daftarku. Empat mobil bisa terguling di jalanan tapi yang ada di pikiranku cuma kamu dan kamu saja.

Semuanya berlangsung cepat dan tiba-tiba saja setiap hariku diisi kamu. Akhirnya kau jadi orang yang terakhir kupikirkan sebelum terlelap dan sekaligus orang pertama yang kuingat di pagi hari.

Sepertinya semesta ikut campur terlalu dalam, karena aku tidak pernah punya keinginan untuk bergantung pada orang lain. Tapi di sinilah aku sekarang, memegang telepon dan berharap kau akan mengirimkan pesan pendek yang bisa membuatku tersenyum seperti orang bodoh. Tiap hari seperti orang linglung aku menantikan cukup satu kalimat saja, uring-uringan sampai akhirnya tertidur ketika kau bersikap seperti telah melupakan eksistensiku.

Aku bergantung padamu sedemikiannya hingga aku merasa seperti Ophelia yang ditinggalkan Hamlet dalam adegan Nunnery.


Semesta ikut campur terlalu banyak sampai aku menyerah dalam arusnya. Terserah kau bawa kemana, aku akan ikut di belakangmu.

82

Keadilan adalah konsep yang fana.

Sama nyatanya seperti mitos Tangkuban Perahu.

81

Kalau bicara tentang kisah yang tragis, Romeo dan Juliet selalu menjadi tokoh yang tidak mungkin tidak disebut. Ikon kisah tragis yang membuat ribuan orang menitikan air mata. Padahal satu-satunya alasan mereka dikenang adalah karena cerita mereka tidak mengikuti alur cerita kebanyakan, dongeng yang tidak diakhiri dengan 'bahagia selamanya'. Seperti akhir paragraf entah berapa ribu pasangan dalam cerita berjudul 'kenyataan'.


Tapi tidak ada ironi dalam cerita mereka. Mereka tidak menghabiskan waktu bersama tiap hari, bertukar cerita tiap malam, hanya untuk menyadari bahwa di penghujung pagi, semuanya hanya ilusi. Hidup bukan sekedar rasa dan keinginan; tapi juga menimbang kepercayaan, meniti nasib, keputusan antara mengikuti dorongan hati atau logika. Hingga akhirnya kau sadar bahwa tidak semua mimpi bisa jadi kenyataan, dan bahwa 'bahagia selamanya' adalah salah satu dari mimpi yang tidak bisa digapai itu.

80

Pada satu waktu aku pernah luruh. Runtuh sampai abu dalam ketidakpastian. Waktu itu aku gentar. Gemetar sampai tulang dan kalimat tinggal bisikan. Pupus. Mati. Kelu sampai aku menyumpah, larut dalam masalah. Hingga yang tersisa hanya sebuah janji. Hancur kau, mati kau.

79

Aku dilahirkan di bawah naungan rasi andromeda, meskipun bukan berarti aku mengharapkan diriku, sepertinya, diselamatkan oleh sang Perseus yang pemberani. Mulutku tak segitu lancangnya hingga Poseidon melepaskan kraken, meskipun tak begitu manisnya hingga Ares mau menurunkan tombaknya. Aku barangkali tidak akan pernah bisa membuat seribu prajurit maju perang seperti Helen. Tapi aku yang seperti ini mungkin lebih baik.

78

Semua orang mencoba selalu mencari pembenaran atas tiap tindakannya. Entah itu dari kitab, undang-undang, aturan, atau perkataan orang lain. Apa sebenarnya kebenaran yang hakiki itu? Arti benar dan salah sudah bergeser sedemikian jauhnya hingga akhirnya logika tak lagi sejalan dengan sanubari. Akhirnya benar dan salah hanya mengikuti apa kata kehendak. Akhirnya semua orang hanya mencari alasan untuk membenarkan caranya menggapai tujuan.

77

Mereka bilang aku sepucat kain sprei, merah muda polos tapi menolak diberi corak.

Aku baru terbangun ketika disiram kopi, hingga merah muda tertimpa cokelat,
dan tak ada yang bisa dilakukan kecuali terjun ke dalam larutan sabun.
Mereka bilang kau kopi hitam pahit, tidak ada yang mau minum kecuali sinting,
tapi barangkali kelak kau akan sadar,
kau bisa tumpah berkali-kali dan aku masih setia terjun ke dalam busa.

76

Kita tidak pernah sempurna. Dua keping yang tak sama bentuk dan tampak ganjil ketika diletakan bersebelahan. Setidaknya, kupikir, ada satu sudut di mana kita bisa terlihat seperti karya seni dan bukan dua karya yang tak punya relasi. Seperti warna merah dan hijau, hanya akan terlihat indah ketika komposisinya tepat.


Tapi berkali-kali kubilang juga, tidak ada yang sempurna. Seperti halnya aku, kamu, kita. Karena bukan itu yang kukejar, bukan itu yang kau perlukan, bukan itu juga yang kita akan dapatkan; tapi kita bisa senang, untuk yang ini, kukira kau juga sudah menyadarinya.

75

Kau, tuan, barangkali salah persepsi tentangku. Kau bisa mengaduk-aduk isi kepalaku dan yang kau temukan hanyalah keramahan, bukan obsesi. Kau, tuan, barangkali menilai dirimu sendiri terlalu tinggi, delusi yang membutakanmu, hingga kau sering kali salah menafsir.

Mungkin menurutmu kau setinggi bintang, tapi tak berarti semua orang rela bersusah payah menggapaimu. Obsesif, mungkin salah satu sifatku, tapi bukankah agak terlalu sombong untukmu merasa seolah aku mengejarmu seperti musafir mencari oasis?

74

I don’t have anything I can give you, but I’m missing you.

I can’t even give you loving words, but I’m missing you.

I can’t even boldly wish for you to be mine, but I’m missing you.

So I push you away.


(INFINITE - Only Tears)

73

Dulu aku pernah bilang, berikan aku waktu. Tidak perlu lama, hanya sampai aku bisa mengingatmu kembali dengan senyum. Pada saat itu rasanya seperti mustahil, tapi benar kata orang bahwa waktu bisa menyembuhkan segalanya. Aku harus berterima kasih padanya, karena sekarang aku sudah bisa melakukannya. Mengingatmu dengan senyum.

Kau masih jadi yang paling indah. Masih satu-satunya yang bisa membuatku menuliskan kata-kata manis penuh pujian, masih jadi yang paling terang di antara semua bintang. Tapi kali ini aku sekedar menjadi pengagum sinarmu.

72

Apa kau pernah mendengar legenda phoenix? di akhir hidupnya ia terbakar hingga hanya menyisakan abu. tapi dari abu itu ia akan lahir kembali, lebih gagah dan lebih cantik daripada sebelumnya. kehancurannya tak membuatnya mundur, tapi dijadikannya sebuah alasan untuk meninggikan diri.


kau tahu, indira? aku bercerita bukan untuk menghiburmu. kau semestinya sadar, bahwa aku sedang menyindirmu. untukmu yang terbang lebih tinggi daripada siapapun, untukmu indira yang lebih mengenal langit daripada siapapun. apakah satu kali jatuh saja sudah membuatmu hancur lebur, mengubur diri hingga kau lenyap dari ingatan?


71

Fotomu masih tersimpan dalam memori komputerku, sama seperti bayanganmu masih tersimpan dalam memoriku. Proses rekursif harusnya dimulai dengan menentukan basis; tapi aku tak pernah mengidahkan teori. Mungkin seharusnya aku mengikuti kata diktat. Mungkin bila aku memiliki basis, proses rekursif ini akan berhenti dengan sendirinya. Namun sekarang dalam memoriku hanya kamu, kamu, kamu, kamu saja, dan berulang dari awal lagi saja.

70

Ingat tiap usahaku untuk mengajakmu menjelajah bumi? Tiap kali juga kau mengatakan bahwa tidak ada tempat yang lebih baik daripada tanah tempatmu berpijak, tiap kali itu juga aku mengatakan (mengandaikan) lain kali. Tapi aku tidak akan ada untuk selamanya, kubilang. Kau masih diam di tempat.


'Tiap kali' akhirnya lekang oleh waktu. Seperti teorimu yang berkata tidak ada yang bisa bertahan selamanya. Aku sudah bilang aku tidak akan ada untuk selamanya.

Sekarang harusnya kau mengerti.

69

La fragilidad está dentro de nosotros, ya veces es bella 
(Yang rapuh ada dalam kita, dan terkadang ia indah-- @gm_gm)

68

Dengar-dengar kau teguh bak pagar,
baja tebal yang tak mudah dipugar,
apalagi diganjar.

Kata orang, Tuan, kau semurni air suling,
ada keruh tak tersanding,
selalu mudah mengaliri laring.

Kata mereka, kau ini pelipur lara.
Dalam hitungan satu-dua bisa membuat tawa.
Apa kau nirvana atau sekedar huru hara?

Kata temanku, Tuan, kau ini jelmaan Ares si dewa perang.
Adakah tempat di mana kau tak jadi pemenang?
Aku tak tahu, tapi kau terlihat garang.

Tapi yang penting ini kataku, Tuan.
Kau mengganggu seperti ilalang,
sulit dibasmi dalam bimbang.
Bukan panglima tapi serdadu di garis depan,
berani mati namun dermawan

I'd Lie

He’ll never fall in love he swears
As he runs his fingers through his hair
I’m laughing cause I hope he's wrong

He sees everything black and white
Never let nobody see him cry
I don’t let nobody see me wishing he was mine

And if you asked me if I love him,
I’d lie
(I'd Lie - Taylor Swift)

67

Ini sedikit cerita yang sebenarnya ingin kukubur dalam-dalam. Tapi kau tahu, mereka bilang penderitaan itu akan berkurang setengahnya jika diceritakan, sedangkan bahagia justru akan berlipat ganda. Walaupun sebenarnya aku nggak tahu apa ini termasuk penderitaan atau bahagia.


Aku dan dia adalah dua pribadi kompleks yang serupa tapi tak pernah mengenal titik temu. Seperti dua kutub magnet yang sama, jadinya tolak menolak. Tapi pada suatu tahapan, kupikir kalau kami begitu serupanya, mungkin aku bisa merubah diriku sedikit-demi sedikit untuk bisa membedakan kutub kami--dan menghapus gaya tolak menolak ini.

Entah sejak kapan hal ini jadi sebuah obsesi. Gaya kutub yang bertolak belakang ini begitu menariknya hingga yang kulihat hanya sebuah tantangan yang ingin kulompati. Tapi karena itu juga aku lalai; justru siapa sebenarnya yang terperangkap di tengah-tengah? Oh, aku. Dan apa yang kuharapkan ini,, bahwa dia akan menyadarinya dan bersama-sama mengancurkan medan perangkap ini? lawak.

bangun, kawan.

66

akhirnya kita jadi kembali ke garis awal lagi
ah tidak juga, justru lebih mundur lagi.
apa sebenarnya yang kita lakukan ini?
aku mencoba membaca pikiranmu,
aku bukan peramal, tapi kau mudah ditebak.
karena kata orang, kita ini serupa.
pola pemikiran kita sama.
bahkan alasan kita juga sama:
pembelaan diri.
mungkin nanti,
kalau harga diri kita sudah surut,
atau salah satu mengibarkan bendera putih.
meski masih tidak jelas kapan,
tapi suatu saat pasti kita bosan dengan perang ini.
sampai saatnya kita sama-sama menjatuhkan tameng
...

65

Kau ingat Indira, pernah kau bilang bahwa kau takkan pernah jatuh. Semua orang tahu bahwa sayapmu yang terbaik, tak pernah gagal membuatmu naik. Kau ingat Indira, pemandangan yang kau lihat tak pernah kau bagi pada orang lain, tidak pernah ada orang yang bisa menjangkau ketinggianmu.

Lalu kau melepas sayapmu tanpa sadar, tergoda iming-iming karpet terbang yang bisa membawamu terbang tanpa usaha. Seperti layaknya pelaut yang tersihir nyanyian siren saja. Saat sihirnya habis dan karpet ajaib berubah menjadi sepotong kain, apa yang bisa kau lakukan untuk melawan gravitasi?

Tapi tak perlu ragu lagi, Indira, kukembalikan sayapmu agar kau bisa kembali ke tempatmu berasal. Dan kali ini mungkin kau akan sadar bahwa semua orang akan memberikanmu harapan tanpa pernah bisa mempertanggungjawabkannya.

64

Ironis betul kisahmu, Indira, meski pun dalam hati kau tahu betul kau layak mendapatkannya. Kau bisa memaksa untuk tersenyum sekarang, mendendam dalam hati, tapi sampai kapan kamu bisa bertahan? Kamu itu sulit memaafkan, aku yang paling tahu hal itu. Istilah 'forgotten but not forgiven' diciptakan untukmu. Jangan menangis ketika semuanya sudah direnggut darimu.


Indira, meskipun kau tak mau mengakuinya, kau kecewa. Aku bisa mengerti, itulah sebabnya aku di sini, mencoba membangunmu kembali dari kepingan-kepingan sisa. Tapi pada akhirnya nanti, kau bisa yakin, aku akan mendirikanmu lebih kokoh daripada sebelumnya, lebih kuat dan lebih indah daripada sebelumnya. Kau bisa yakin kau tak akan pernah hancur lagi.

Kau melupakan betapa tingginya mimpimu. Tapi sekarang kau tak akan pernah melupakannya lagi. Saatnya untukmu untuk terbang lagi, dan kali ini, kau tidak akan mengajak siapa pun.

63

Hei Indira, ingat tidak ketika kau melambung begitu tinggi di awan? Tak pernah kau berikan perhatianmu pada mereka yang berjalan di atas bumi. Kau penguasa yang tinggal di awan, mahluk bumi hanya satu dari sekian banyak entitas dalam hidupmu. Tapi apa yang kau lakukan kini, merangkak dan setengah mati meminta perhatian mereka yang dulu kau pandang sebelah mata.

Mahkotamu boleh hilang tapi sejak kapan harga dirimu ikut lebur?

62

Kau sadari Indira, bahwa di akhir tiap rezimmu, kau hidup sendiri dan hanya sendiri saja. Sekalipun pada satu waktu kau seorang ratu, yang hanya perlu satu kata untuk mengubah waktu.

Kini singgasanamu diambil dan semua orang pergi meninggalkanmu, itu saatnya kau sadar bahwa kau sudah terlalu lama ditopang selama ini. Kemana pejuang yang dulu, yang berusaha berdiri sendiri demi mendapat keadilan?

61

Please don't stay in my heart once you're gone
No matter how much I look around
You are no where to be found
But I keep hearing your voice
Even after I try to erase and erase all of your traces
As time passes, I feel you more
(Because-INFINITE)

60

Sampai di ujung larik ketika perpisahan sama artinya dengan perjumpaan. Sampai di ujung paragraf ketika namamu tak lagi membuatku terpaku. Sampai di penghujung halaman, ketika aku bisa mengingatmu dengan senyum.

Sampai nanti, entah kapan, sampai waktu melebur pahit, mungkin masih lama. Sampai nanti, di masa depan, ketika aku bisa mengingatmu dengan senyum.

#000: themes

001. Beginnings .
002. Middles.
003. Ends.
004. Insides.
005. Outsides.
006. Hours.
007. Days.
008. Weeks.
009. Months.
010. Years.
011. Red.
012. Orange.
013. Yellow.
014. Green.
015. Blue.
016. Purple.
017. Brown.
018. Black.
019. White.
020. Colourless.
021. Friends.
022. Enemies.
023. Lovers.
024. Family.
025. Strangers.
026. Teammates .
027. Parents.
028. Children.
029. Birth.
030. Death.
031. Sunrise.
032. Sunset.
033. Too Much.
034. Not Enough.
035. Sixth Sense.
036. Smell.
037. Sound.
038. Touch.
039. Taste.
040. Sight.
041. Shapes.
042. Triangle.
043. Square.
044. Circle.
045. Moon.
046. Star.
047. Heart.
048. Diamond.
049. Club.
050. Spade.
051. Water.
052. Fire.
053. Earth.
054. Air.
055. Spirit.
056. Breakfast .
057. Lunch.
058. Dinner.
059. Food.
060. Drink.
061. Winter.
062. Spring.
063. Summer.
064. Fall.
065. Passing.
066. Rain.
067. Snow.
068. Lightening .
069. Thunder.
070. Storm.
071. Broken.
072. Fixed.
073. Light.
074. Dark.
075. Shade.
076. Who?
077. What?
078. Where?
079. When?
080. Why?
081. How?
082. If.
083. And.
084. He.
085. She.
086. Choices.
087. Life.
088. School.
089. Work.
090. Home.
091. Birthday.
092. Christmas.
093. Thanksgiving.
094. Independence.
095. New Year.
096. Writer‘s Choice.
097. Writer‘s Choice.
098. Writer‘s Choice.
099. Writer‘s Choice.
100. Writer‘s Choice.