193

Seperti asap rokokmu,
yang memenuhi ruangan seperti
udara memenuhi balon,
dengan senyum lebar
bak bocah.

Seperti asap rokokmu,
yang menyisakan bau abu di kemejamu,
dan kalimat pendek,
"kamu tak berkata"
seakan dunia akan memaafkanmu
hanya dengan melihat wajahmu.

Entah dengan dunia,
katanya dia enggan memaafkan,
tapi aku bisa,
seperti aku mentolerir bau asap
dan sekotak rokok yang ada di atas mejamu.

192

karena dalam sebuah kompetisi pasti ada pihak yang menang dan kalah,
karena dalam hidup selalu ada yang di atas dan yang di bawah,
maka menginginkan opsi terbaik untuk semua orang adalah
sesuatu yang mustahil,
jadi cukup dirimu saja,
selama kamu tetap tertawa seakan bintang selalu ada,
dan bumi berputar seperti biasa.
karena dunia memang kadang tidak adil,
tapi keadilan hanyalah konsep ketika semuanya benar,
dan benar-salah tidak pernah memiiki garis pembatas.
jadi cukup dirimu saja.

191

Saya takut,
pada ketidakpastian
dan masa depan yang berkabut,
pada jawaban yang tidak bisa diprediksi
dan mimpi yang tak punya jalan,
pada harapan yang mungkin menjatuhkan
dan pada malam yang datang secepat ia pergi.