228

It's painful, isn't it?
Stop pretending it doesn't and just let go.

(everything, anything)

You aren't just a smile (and giddy laughter, 
butterflies, roses, and goofy grin). And you 
certainly are not yesterday newspapers.

(Long live the king)

Just stop.

227

Orang bodoh itu yang rela memberikan banyak hal untuk sesuatu yang pasti. Entah kenapa bertaruh dengan uang dianggap ilegal, sedangkan bertaruh hati boleh dilakukan kapan saja. Kami yang rela berlari ke sisimu hanya dengan sepenggal kalimat barangkali adalah yang paling bodoh, kami yang membawakan upeti padamu setiap kau ingin mungkin yang paling idiot.

Apa alasan bernama kasih masih bisa diterima?

Kami yang seperti penjaga sawah ini mungkin bodoh, tapi apalah arti kami dibandingkan kesenanganmu.

226

Merde.
Merde.
Merde.
Merde.
Merde.
Merde.
Merde.
Merde.
Merde.
Merde.


Merde.
Merde.





Merde.

225

x {
believing.
trusting.
caring.
living.
breathing.
}

existing.

224

Karena katanya haru itu biru, padahal definisiku akan haru itu merah muda. Atau kuning. Karena haru bagimu pilu, sedang haru bagiku adalah bunga dan angin dan langit cerah yang dipenuhi warna merah muda. Tapi apalah arti warna yang membuat segalanya berbeda, padahal yang salah si bahasa.

223

Malamku perlahan turun, siang hanya menyisakan semburat jingga pekat. Ah, dunia ini cantik, ya. Meski yang kulihat hanya ungu, bukan merah dan biru. Perbedaanku dengan mereka karena yang kulihat satu, bukan perbedaan. Matamu yang menolak melihat persamaan selamanya tak akan mengerti arti mengasihi.

222

Merde.

I stopped breathing.

221

Katanya saya terlalu banyak berpikir, A jadi sepanjang Z dan satuan menjadi jutaan. Katanya saya hanya melihat sisi terburuk dari orang, tak lagi melihat dunia tapi neraka di baliknya. Katanya, katanya. Tapi siapa yang bisa menafsirkan manusia, bahwa yang dilihat hanya sisi terburuk saya, bukankah kita jadi membuat kesalahan yang sama? Bahwa tersirat lebih penting dari yang tampak, siapa yang menentukan?

220

Kupu-kupu kuning yang pertama datang, barangkali pertanda mimpi yang baru dimulai. Mentari perlahan naik bersamaan dengan kita jatuh. Di dunia yang serba tak adil, kita mencari jalan. Sempit dan sulit, namun selama masih lurus menuju akhir mimpi, kita bisa berkata tidak apa, tuhan akan menunjukan jalan.

Tak perlu melewati rimba, tapi sulur-sulur penjerat menarik kita keluar dari jalan. Siang berganti malam, dan bulan hanya membisu. Selalu kita bertanya, tak adakah cara untuk memutarbalikan waktu? Membalikan semuanya kembali ke waktu dunia terang benderang yang selama ini kita singgahi. Sekali ini saja, walaupun akan berakhir juga, sekali saja.

219

pit pat pit pat
kita tak pernah tahu apa kata rintik yang jatuh
apa kembali ke bumi membuat mereka berbunga
atau merintih kesepian
seperti kita tak pernah tahu apa meski di bawah hujan ini
perasaan yang tersisa berbeda atau serupa
seperti kita tidak pernah tahu apa di bawah hujan yang sama
kita memikirkan hal yang satu

218

hidup sekompleks irama tik-tik di luar
suara rintik yang temponya selalu berganti
naik turun seperti langkah
katanya hujan bukan sekedar tetesan air
seperti jantung yang tidak sesederhana debaran
atau mimpi yang bukan sekedar menunggu pagi
sayangnya hidupku sederhana
semudah bisa berada di sisimu
sementara kamu bertualang

217


Jerami dan kerikil punya satu kesamaan. Seperti langit dan laut yang tak serupa tapi saru.

Rajaku tinggal di atlantis, tempat yang tak bisa dicapai oleh bukan duyung. Kami tak melihat laut apalagi samudera, tapi kami memimpikan duyung.

Padahal berbeda dengannya, yang kami tak pernah bisa jadi mutiara.

216

Untuk Ratu,
yang kerlipnya tak pernah pudar walau terhalang awan
Untuk Ksatria,
yang dedikasi dan tekadnya lebih tinggi daripada siapapun
Untuk Mentari,
dengan ilusinya yang selalu hadir walaupun ia hilang ditelan malam
Untukmu,
yang merasa dunia hampir berakhir tanpa keduanya.
Untukmu.