37

Ada suatu tempat di mana waktu hanyalah ilalang. Kau cabut, kau cabik, ia tetap tumbuh menghalang.


Pernah dengar tentang satu tempat ini? Dia muncul dari balik bayangan mentari pagi, dan menghilang pada akhir larik puisi. Seperti sebuah mimpi panjang, ia terus muncul dan berulang, hingga akhirnya luruh bersamaan dengan riak air menghilang.

Ketika kau dilahirkan dari leburan angan, nasibmu sudah ditentukan.

36

'Kenapa kau masih sendiri?' berapa kali kau bertanya, seperti jarum jam kau terus kembali ke titik yang sama (hanya berputar, berputar). Seperti metronom kau terus berdetak di satu titik (tak, tak, tak).


Aku seperti rekaman, memberikan jawaban yang sama pula. Senyum saja (atau mungkin sedikit tawa). Pada akhirnya kita sama-sama berjalan di tempat.

'Kau harus mencari seseorang,' katamu. Kalimat yang berbeda (akhirnya). Tapi jawabanku masih sama. Tatapanmu mengasihani, seakan aku begitu kesepiannya hingga kau menangisi nasibku.


(Kau tahu?)

Aku tidak perlu mencari seseorang. Aku sudah menemukannya. Orang yang paling penting bagiku, orang yang kusayangi seumur hidup. Meskipun dia hanya terlihat dalam pantulan air mata dan hanya nyata dalam bayang-bayang matahari senja.

Mungkin suatu hari nanti aku akan mengenalkannya padamu.

(Ya, suatu hari)



(...Orang itu kamu)

35: I

Penyesalan itu, sesuatu yang jahat.

Ia meremas nyawa hingga kau berpikir untuk mengulang waktu.
Kadang, aku ingin berkata 'ya',
itu bisa mengubah hidup kita.
Tapi melihatmu yang sekarang,
aku yang sekarang,
hidup kita yang sekarang,
kupikir lebih baik bersyukur saja.
Untuk satu hal ini aku bisa mengalah.
Bohong kalau kubilang, tidak terbersit di benakku,
keinginan untuk membelenggumu.
Tapi seperti ini juga tidak apa-apa.

Kau cukup ada di sana saja,
selalu ada saat kubutuhkan,
seperti ini,
dan aku akan baik-baik saja.