Better Bend than Break

Hipokrit.
Cari aman.
Lemah.
Mudah terpengaruh.
Egois.
Manja.

Yeah, that's her.

Dan sebelum ada yang berpikir bahwa dia seorang emo yang berpendapat bahwa dunia ini memusuhinya dan bahwa eksistensinya hanyalah bintik hitam dalam perjalanan orang di sekitarnya, tidak, dia tidak punya pikiran seperti itu sama sekali. Mengingat beberapa tahun ke belakang dan memindai kekurangan dan kelebihan sebagai orang ketiga. That was her. Was. Bentuk lampau.

Ini namanya introspeksi diri.

Ya, dia hanya berpikir beberapa waktu kebelakang dan bagaimana dia, andai saja bisa, ingin menapaki jalan yang sama dan memperbaiki dalam prosesnya. Mustahil, sayangnya. Dan bukannya ia menyesalinya, apa yag sudah terjadi biarlah. Satu hal yang membebaninya, rasanya, ingin minta maaf. Ingin sekali.

Tapi keangkuhannya seakan tidak mengizinkannya. Atau mungkin dia hanya takut. Tahu kalau dia diam saja tidak akan ada yang terselesaikan, tapi pada akhirnya tetap diam kan, dia. Cowardice. Tapi setidaknya--dia merubah dirinya. Agar kesalahan yang sama tidak terulang, agar permintaan maaf tidak diperlukan lagi.

Three Little Pigs

Tiga babi kecil bermain.

Yang pertama terlalu bodoh untuk peduli, menatap dunia dengan kacamata kuda miliknya. Mengira semua baik-baik saja selama kebutuhannya terpenuhi. Dunia boleh berkata apa, asalkan makanan tersedia, baginya tidak masalah.

Yang kedua berpura-pura tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Dalam hati was-was, melampiaskan pada apa saja yang ada di sekelilingnya. Merasakan kesalahan namun tidak bertindak untuk memperbaikinya. Mencari perhatian orang-orang dengan masalah, karena ia tidak memiliki apa-apa lagi.

Yang ketiga berpikir bahwa ia pintar. Padahal dalam kesombongannya itu ia seringkali justru mengucapkan kata-kata yang membuatnya terdengar bodoh. Menjatuhkan diri sendiri, dan dalam prosesnya, masih menganggap dirinya paling benar.

Masih ada serigala yang menganggap bahwa dirinya jahat dan tidak peduli. Ia memilih jalan untuk menjadi pemeran antagonis. Namun ia hanya menutupi kelemahan dirinya dengan bertingkah kuat dan jahat. Berpura-pura tidak mempedulikan perasaan orang lain dan bersembunyi di balik topeng antagonisnya.

Mereka berempat memainkan perannya masing-masing,
dalam sebuah sandiwara bernama kehidupan.

Somethings you just can't explain

Kalian percaya alien?

Aku percaya.

Mereka menginvasi rumahku dari beberapa hari yang lalu.
Aku yakin sebentar lagi, aku juga akan berubah seperti mereka.
Hei, aku sungguh-sungguh.
Bintik-bintik merah,
susunan tulang juga akan berubah sepertinya.

Hei, alien itu ada!
Mahluk itu menyerang kepalaku.
Dengan setiap gerakan,
mereka juga meningkatkan kekuatan serang.
Uh oh,
waktuku tinggal sedikit.
Aku akan berubah menjadi alien sebentar lagi.
Semoga rudal yang diciptakan para ilmuwan
bisa mengusir mereka.

Ah.

Alien itu...
akan kukalahkan!

King of Infinite Space

Pertama biasa saja.
Empat puluh delapan bulan seakan tak berarti.
Singgasana emas tak memberikan jejak.
Jalan setapak yang sama,
aneh.
Bahkan dalam mimpi pun tak pernah bertemu.
Sebatas lirikan tanpa arti.

Tunggu.
Apa menyadari saja tidak?

Bumi terus berputar.
Roda kehidupan tak sekalipun menurunkan temponya.
Sosoknya kian penting.
Pelita kebijaksanaan.
Kebaikan hati.
Hidupnya menginspirasi.

Hitungan minggu membuat kesan.
Hitungan jam membuat rasa.

Hei.
Kehadiranmu ditunggu.
Selalu.

It wouldn't be the same

It's been bothering her for a while.

Kata-kata seperti itu, efeknya mengerikan.
"Memangnya kalau tidak ada aku kenapa?
Memangnya aku penting?"
Menusuk. Dan entah kenapa bukan sumber rangkaian kata itu yang sedih.

Melankolis mungkin, berpikir terlalu jauh atas sesuatu yang sama sekali bukan urusannya. Spekulasi yang tidak ada ujung pangkal. Sebuah perdebatan tanpa akhir akan sesuatu yang sama sekali tidak pasti. Membebani hati dengan keabstrakan. Tidak berguna memang.

Memang.

Tapi tidak menghentikannya untuk berpikir. Bertanya-tanya. Tahukah bahwa kalimat seperti itu menunjukan kerendahan diri? Ketidakpuasan pada diri sendiri. Orang bilang seseorang tidak akan pernah mencapai keberhasilan tanpa rasa percaya diri. Perkataan itu membuatnya kesal. Tidak suka.


Entah apa maksud sebenarnya. Mungkin hanya sebuah lelucon dan ia mengartikan terlalu dalam. Sensitifitas berlebih. Hanya saja, sulit. Maaf.


Pada kenyataannya memang tiap orang memiliki sisi baik dan buruk. Tidak ada manusia yang sempurna. Klise, sudah terlalu sering disebutkan, bosan dengan perkataan semacam itu? Kenyataan. Seberapapun konyolnya hal ini mungkin terlihat. Hei, berani berkoar Tuhan Mahaadil tapi tidak percaya hal ini. Itu lebih tidak logis.


Mungkin seharusnya, ketika ada orang yang berkata seperti itu lagi, ia akan dengan tegas mengatakan ini. Karena semua orang spesial, karena semua orang memiliki arti tersendiri.

"It wouldn't be the same without you."

Kepribadian Manusia

Pemahaman akan diri sendiri adalah hal yang sangat krusial. Untuk mengurangi kelemahan, dan memaksimalkan kelebihan. Pemikiran ini yang muncul ketika dia sedang membaca kuis di Facebook: Enneagram, 9 Tipe Kepribadian Manusia. Meskipun simpel, terkadang kuis-kuis semacam ini bisa membuat kita lebih mengerti akan diri kita sendiri.

Instropeksi diri itu, perlu.


(Dicutat dari hasil kuis diatas:)
"Energik, penuh vitalitas, aktif dan optimis. Orang-orang bertipe ini ingin memberi sumbangsih bagi dunia. Mereka menyembunyikan emosi-emosi yang tidak menyenangkan, termasuk rasa takut. Keunggulan : menyenangkan,... spontan, imajinatif, produktif, antusias, gesit, yakin, memesona, dan selalu ingin tahu. Kejelekan : narsistik, impulsif, tidak fokus, memberontak, tidak disiplin, posesif, maniak, merusak-diri, dan berubah-ubah.

Cara bergaul dengan saya : Berikan saya persahabatan, kasih sayang dan kebebasan. Bekerjasamalah dengan saya untuk merangsang obrolan dan canda tawa. Hargailah visi hebat saya dan dengarkan cerita saya. Jangan berusaha mengubah gaya saya. Terima saya apa adanya. Bertanggungjawablah atas dirimu sendiri. Saya tidak suka orang yang mengikuti dan bergantung pada orang lain. Jangan katakan apa yang harus saya lakukan."




Well.
Ternyata memang tepat sekali.
Tapi bagian tersulitnya adalah untuk menghapus kejelekan.

Tapi pasti bisa.

Kita.

Tick tock

0:16


Mahluk macam apa yang masih terjaga di waktu seperti ini?
Mereka yang insomnia karena terlalu memusuhi takdir.
Mereka yang bertualang ke dunia lain lewat cerita.
Mereka yang bersenang-senang dengan memainkan orang yang bukan diri mereka.
Mereka yang bersosialisasi justru pada saat orang lain terlelap.
Atau mereka yang sedang mengerjakan tugas mereka.

Yang manapun, tidak baik sebenarnya, tidak tidur itu.

Shall I sleep now?

Hei, hei, rasanya ada yang mengganjal akhir-akhir ini. Terlalu banyak pikiran? Tapi ia sendiri tidak tahu apa yang ada di pikirannya. Ini aneh. Mungkin memang kurang tidur. Tapi ah--ia harus terbiasa dengan hal yang seperti ini. Hitung-hitung persiapan untuk kuliah nanti, agar terbiasa dari sekarang. Demi tugas dan pekerjaan rumah.

Hei, guru-guruku, kurang sayang apa aku pada kalian,
hingga menolak dunia mimpi sampai sekarang?

Rindu liburan.
Tapi ia harus berjuang. Peribahasa juga mengatakan untuk bersakit-sakit terlebih dahulu. Lagipula semua juga akan terasa menyenangkan jika dinikmati. Semangat!

I had fun

Entah sejak kapan suara ketukan keyboard membuatnya tak bisa lepas. Ingin menuliskan beragam perasaan dan merajut jutaan mimpi. Menuliskan impian untuk kemudian dibandingkan di masa depan.

Hei, aku berkembang tidak?
Apa aku sudah semakin dewasa?

Mengapa menulis itu membuatnya ketagihan? Sulit dikatakan.

Tapi ini menyenangkan. Hanya menatap layar 14" dan huruf-huruf yang muncul satu per satu. Oke, mungkin dia jadi terdengar aneh. Ketimbang melakukan hal lain yang lebih tidak berguna, bukankah menulis itu lebih baik? Mungkin terdengar seperti sebuah pembelaan, dan ia akui itu memang sebuah pembelaan, tapi tidak apakan? Terlepas memang ia seharusnya bersiap menghadapi ujian biologi esok hari atau mengerjakan tugas matematika atau pekerjaan lain yang menumpuk. Menulis itu menyenangkan, melepas penat seharian.

Walau sekali lagi mungkin cara menulisnya memang aneh. Tiga post dalam satu hari mungkin memang tidak normal. Apalagi tidak seperti blog kebanyakan orang yang menceritakan sesuatu secara kronologis, dia hanya menulis apa yang sedang ia rasakan. Ya, ini caranya melepas beban pikiran. Dan peduli apa dia. Hasil survey berkata ia bukan orang yang memiliki jalan pikiran normal.

Mungkin sudah saatnya ia menghentikan jarinya.

Selamat malam.

Shares


taken from: http://fairchildart.deviantart.com

Lapar? Sayangnya itu hanya model seukuran koin yang terbuat dari lilin.
Another artist with amazing talent.

Worthless

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

(Al-Qashash:77)



Tidak pernah sekalipun Tuhan memerintahkan kita untuk bersedih. Tiap kalimatnya menyerukan kita untuk mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat nanti. Tapi tidak usah berbicara mengenai Islam, bukankah semua orang ingin hidup bahagia? Ah, tapi lihat kenyataan. Berita di layar kaca tampak tak pernah bosan memperdengarkan kesedihan dan kemarahan. Pembunuhan, korupsi, tragedi cicak dan buaya, negeri yang porak poranda. Hasil ketidakmengertian. Ketidakpuasan. Perlawanan terhadap takdir.

Bersedih itu melanggar perintah Tuhan, percaya tidak?

Lalu kita bicara mengenai cinta, kasih sayang, apapun kata klise yang memiliki arti sama. Tidakkah perasaan semacam ini terkadang menjadi beban? Lihat sekitar. Kebanyakan masalah yang dialami oleh remaja adalah masalah cinta. Seklise apapun itu terdengar, meski memang pada kenyataannya ada juga sebagian yang menertawakan hal ini, menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat tidak penting, pada akhirnya memang inilah kenyataan. Bahkan ada yang sampai tidak lulus karena hal ini. Hei, ini tidak bisa dianggap sepele. Stress karena hal yang disebut-sebut sebagai utusan kebahagiaan. Apa ini penyalahgunaan perasaan, atau apalah namanya.

Bukannya hipokrit. Patah hati pernah dialami semua orang. Dan siapalah dia untuk bepura-pura mengatakan bahwa kisah hidupnya sempurna. Tapi setidaknya ada kesadaran di dalam dirinya, bahwa tidak ada gunanya terus bersedih akan sesuatu yang sama sekali tidak beralasan. Dan seandainya semua orang bisa menerima dengan lapang dada, tidak akan ada kesedihan atau kemarahan. Lagipula ada sebuah ungkapan, 'no man is worth your tears, but once you find one that is, he won't make you cry'. Sampai menemukannya, kenapa harus bersedih karena orang yang mungkin memang bukan takdir kita?

So, girls, be strong.
You're good enough without them.