49: A

Waktu itu musuh manusia, semakin berkuasa semakin dekat ke garis akhir. Mau meronta atau memohon juga, arusnya tak pernah mendengar kata (tak pernah berbelas kasih). Waktu itu musuh ingatan, semakin jauh berjalan semakin susah kembali. Dan pada satu waktu, mungkin semuanya akan membaur menjadi sebuah rasa samar yang tersisa di sudut hati.


Setidaknya, itu definisi waktu dalam kamusku sewaktu revisi masih sekedar wacana.

Kemudian di suatu pagi, kau kembali. Dan mungkin saat itu aku sadar bahwa waktu tak pernah berada di pihak lawan; karena hari itu kau merombak definisiku tentang waktu.

Garis akhir itu sirna tatkala kita berbalik dan menjadikannya garis awal. Rasa samar itu kembali menampakan keseluruhannya ketika matahari terbit dan menghapus bayangnya. Dan waktu tak pernah kejam, tak pernah. Karena ketika kau muncul kembali di pagi itu, kau masih sempurna. Seakan deru waktu tak pernah berpengaruh padamu.

Atau mungkin tidak.

Karena seingatku, kau tak pernah terlihat lebih baik dari pagi itu.

Leave a Reply