bukankah ini saat yang tepat bagi kita
aku terobsesi pada udara, pada sesuatu yang tak kasat mata tapi masuk dalam tubuhku tiap detik. kadang kalau terasa sesak, aku mencakar leherku, menyalahkan pipa yang membuat rongga di balik rusukku mengerut, membusuk karena tak bisa bernafas. apa sebenarnya yang membuatmu sesak seolah seluruh dunia meletakan bebannya menimpa paru-parumu?
atlantis, kota yang katanya tenggelam itu, selalu membuat matamu berbinar kerap kali kau dengar namanya disebut. tapi aku tahu kau bukan tertarik pada dongeng, pada cerita kerajaan yang termakmur kata plato atau bahkan pada harta karun di dalamnya. kau hanya tertarik pada caranya tenggelam, pada bagaimana rasanya air memasuki paru-parumu, bertanya-tanya apakah saat itu kau akan mati atau tidak.
bukankah katanya manusia berasal dari laut?
kau sebenarnya hanya ingin pulang.
Kau berhenti percaya pada segalanya
Kadang kau bertanya
apakah
udara masih memasuki paru-parumu,
apakah lehermu masih ada,
apakah
yang bernafas ini dirimu
atau
benalu,
parasit yang mendiami jantungmu.
'Aku ingin bahagia'
mengapa sebuah keinginan sederhana begitu sulit terkabul,
tanyamu, dengan tatapan sendu yang tak lagi bisa melihat apa yang ada di depanmu.
Jangan menangis, Indira,
kemana sayapmu yang membawamu terbang
tinggi, tinggi,
tinggi,
lebih tinggi daripada siapa pun?
Masalahnya bukan karena siapa aku, siapa kamu dan siapa mereka,