246

Kadang yang kita butuhkan hanya sebuah mantra untuk percaya pada keajaiban. Untuk percaya pada matahari yang selalu terbit meskipun pernah tenggelam. Kadang yang kita butuhkan hanya sebuah peran. Seperti aktor yang rajin mengulang kalimatnya dan meniti hidup dalam skenario dengan harapan suatu saat, lakon saru dengan yang nyata. Tidak ada lagi peran, hanya hidup.

Tapi namanya lakon karena ia bukan nyata.

245

apa bedanya rekursif dan lingkaran setan? hanya berputar-putar mengitari pagar tanpa pernah masuk, tanpa pernah tahu. tanpa pernah tahu seperti apa rupanya dan cerita apa yang dimilikinya.

244

Kami mempertanyakan apa yang mengawali, apa yang terjadi dan bagaimana akhirnya. Menggunakan logika untuk menjawab apa yang dirasa. Tidak ada, jawabannya tidak ada. Ucapan hanya menyisakan kata yang kehilangan makna, kehilangan jiwa. Dan di akhir malam tidak ada yang kau percaya. Selongsong kosong yang lupa nama, lupa makna.

243























kenapa?

242

Nilai mutlak itu hanya ada pada sebagian sains, hal yang mutlak hanya ada pada tiap tutur kata Tuhan. Kadang manusia tidak sadar, rasa menipu mutlak ketika dia yang paling tidak mutlak. Di balik semua yang relatif ada hal yang tak bisa disamakan. Seperti sejarah dan rasa atau tumpukan tameng yang menanti runtuh.

241

Persona, kalau kau tahu wajah sebenarnya, barangkali bukan sekedar nama yang tertulis dan cerita yang menarik. Di baliknya mungkin ada torehan luka dan pilu, di atasnya mungkin ada awan kelabu yang menggantung, di pijakannya mungkin ada nasib yang terinjak.

240

Mereka yang bercerita tentang kematian tanpa gemetar mungkin sebenarnya diam-diam menunggunya. Tanpa suara bersembunyi dan menunggu.

239

Rasanya kayak bendungan. Sepanjang tahun cuma diisi tanpa bisa mengalir. Mampet. Sepanjang tahun cuma dibiarkan menggenang. Terus suatu waktu dindingnya retak. Runtuh. Kemudian selesai semua.