It's about what you feel and what you see

Just read another novel. Princess Diaries 10: Forever Princess. I've never been fond to a novel like this before and it's not like I like it from the first book. I've read the first until fourth, yes, but it was nothing memorable. Awalnya cuma iseng aja, download e-book Princess Diaries seri terakhir ini. Sehabis baca Artemis Fowl, mood membaca novel naik setinggi-tingginya dan aku download aja novel-novel yang belum terbit di Indonesia. Well, agak penasaran juga kenapa bisa novel ini mencapai volume sepuluh--tahulah novel tipe2 chicklit begini, I thought I'll get some laugh.

I was wrong. Really.



Sebelumnya, aku bukan orang yang anti dengan novel romance atau cerita yang well--berkisar tentang itu. Hanya saja, kebanyakan novel itu punya cerita yang terlalu klise. It's all about perfect lovers and happily ever after. Seorang gadis yang biasa tapi baik hati dan cowok yang sempurna atau kebalikannya. Dan kebanyakan, jalan ceritanya terlalu mudah ditebak dan sama sekali nggak menantang dan apapunlah. Tahulah gimana novel macam itu (that's why I so prefer fantasy). Seperti quote yang ada di dalam buku Princess Diaries ini:


Life isn’t a romance novel. The truth is, the reason romance novels sell so well—the reason why everyone loves them—is because no one’s life is actually like that. Everyonewants their life to be like that.


Aku akui, novel PD ini--nggak bisa dibilang bukan tipikal cerita romansa remaja. Tapi plotnya--oke. BAGUS banget (IMO of course, jangan pernah berharap seseorang akan punya pendapat yang sama denganmu dalam segala hal). Menurutku, novel/cerita yang bagus adalah novel/cerita yang bisa membuat pembacanya hanyut di dalam cerita itu, merasakan apa yang dirasakan si tokoh dan melihat apa yang dilihat si tokoh. Kisah didalam buku ini, sukses ngebuat aku pengen jambak rambut saking frustasi dengan tingkah orang-orang di dalam cerita itu. Bikin gigit jari pengen nyekek peran utamanya supaya melakukan tindakan benar yang berujung pada kisah yang happy end. Dan berakhir bahagia, memang, pada akhirnya. Aku? Senang tentu, kalau akhirnya sedih aku pasti ikut patah hati juga. Meskipun kalau sekarang aku berpikir lagi, tentu lebih menarik kalau akhirnya nggak bahagia, ya? Bagaimanapun, dalam kehidupan nyata, belum tentu semua berakhir dengan bahagia. Tapi kalau akhirnya sedih, pasti aku juga nggak puas.

Susah memang, memutuskan akhir novel itu.

Apalagi kebanyakan orang membaca novel, dengan alasan yang diatas tadi.
Miring

I'll tell you, this novel is good. Entah dengan volume-volume sebelumnya, tapi yang ini bagus. Tapi pendapat setiap orang selalu berbeda--aku mengerti, kok. Ada temanku yang bilang film Harry Potter lebih keren daripada LOTR dan aku nggak habis pikir LOTR itu film yang merebut entah berapa penghargaan-efek mantap dan pemain keren dan SEMUANYA. Aku suka Harpot, sangat, tapi membandingkan dua film itu? Aku pasti lebih memilih LOTR. Itu satu. Lalu perdebatan tentang Twilight dan bagaimana sebagian orang-orang memuja-muja novel itu dan sebagian lain menginjak-injak novel itu. Aku? Tidak masuk ke dalam keduanya, sih. Aku cuma merasa novel itu mendapat perhatian lebih dari yang pantas ia dapatkan. Tapi seperti yang sudah aku katakan tadi, semua orang punya pendapat yang berlainan mengenai bahkan hal yang paling simpel sekalipun.

Leave a Reply