Good to Read

Just finished Artemis Fowl 6: Time Paradox, and let me say it's frickin' awesome. Sayang sekali di Indonesia cuma terbit sampai buku ke tiga. Tapi karena seperti yang aku bilang tadi, buku itu bener-bener keren, IMO, akhirnya aku baca aja versi inggrisnya sampai buku tujuh. Entah menurut orang lain, tapi menurutku Artemis Fowl bahkan lebih bagus daripada Harry Potter. Mungkin kurang populer karena pemeran utamanya yang jenius dan terkadang teknologi-teknologi yang disebut dalam bukunya membutuhkan pemahaman dan imajinasi yang terlalu tinggi sehingga membuat buku itu lebih berat daripada buku fiksi sejenisnya. Meskipun dari segi bahasa biasa saja.


"Colfer delivers another great story filled with action, drama, and clever plot twists that will please new readers as well as series fans. What sets this series apart, however, is its ability to rise above predictability. The characters change and grow more complex with each book... This combination of ingenious plot and authentic characters who evolve over time is a pleasure to read and leaves readers begging for more."
-VOYA-


Tapi yang menarik adalah si tokoh utama (Artemis Fowl) yang karismanya benar-benar... wow. Dan cara si pengarang menggambarkan Artemis sebagai anak yang jenius juga patut diacungkan jempol. Tidak perlu banyak kalimat-kalimat rumit atau rumus fisika, sifat cowok yang jenius, sombong, menyebalkan, jahat, picik, itu udah terlihat. Karisma tokoh utamanya, seorang master kriminal yang usianya (dibuku pertama) baru 11 tahun, yang melakukan segalanya demi mengembalikan kejayaan keluarga Fowl yang kaya raya dan dikenal dengan bisnis bawah tanah dan kriminalitas. Perubahan sifatnya dari buku satu yang bener-bener jahat, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang ia mau, sampai-sampai menjual satu-satunya spesies lemur yang tersisa di dunia ke komite pemunahan. Lalu seiring dengan tiap kejadian yang dialaminya, ditolong dan menolong orang, sampai akhirnya ia benar-benar merasa memiliki punya teman untuk pertama kalinya. Lalu yang lucu, di buku keenam saat dia mengalami pubersitas dan mulai naksir perempuan. Dan dibuku tujuh... akhirnya dia sepertinya suka pada teman perinya? Mungkin.

Tidak berharap banyak, sih (oke, aku berharap banyak memang). Mereka berdua bilang sendiri, perbedaan ras dan segalanya.. apalagi umur. Artemis yang secara fisik berumur 18 tahun (meskipun untuknya sendiri masih 15 tahun--akibat dari terowongan waktu dan sebagainya, bayangkan saja Doraemon) dan Holly--nama si peri yang tadi kusebutkan--yang sudah... puluhan tahun. Well, pangkatnya di LEP (semacam kepolisian peri) sudah kapten, berarti paling tidak sudah lumayan tua kan?

Poin menarik dari novel ini juga, teknologi dan trik-trik yang ada di dalamnya. Plot yang nggak terduga, penyelesaian yang nggak biasa--dari awal sampai akhir dipenuhi kejutan. Dari segi cerita, buku ini uwaaah banget, susah digambarin pake kata-kata... Pokoknya buku ini harus dibaca buat orang-orang yang suka novel fiksi.

Leave a Reply