232

Ia tak pernah berkata apa duka yang selalu diseretnya hingga ia tak bisa membumbung tinggi. Seolah dunia kami yang sempit ini tidak akan pernah paham; karenanya ia terus membisu. Kami memujanya, tapi ia hanya sebuah tatapan menerawang yang tidak pernah benar-benar ada. Sekedar selongsong baik rupa yang lupa isinya. Lupa mimpi, lupa nama.

Leave a Reply