Let's Not...


#411/47 Let's Not (Super Junior)

Don’t cry in pain
Counting the time that’s passed
Don’t miss a foolish love that’s already passed
One who looks at only you and needs only you
Meet someone who loves you so much
They can’t go a day without you

Please,
I hope that you’ll be happy
Let’s never meet again



Mungkin adalah suatu kebohongan jika ia mengaku tidak memiliki perasaan apapun pada orang itu. Karena ia tahu meskipun hanya setitik saja, ia juga memiliki perasaan yang sama. Tapi memang sebuah hukum alam, bahwa manusia tidak mungkin mencintai dua orang sama besar dengan adil. Dan ia tahu, seberapa besarpun ia menyayangi orang itu, yang menduduki peringkat satu bukanlah orang itu.

Ia tidak pernah berpikir bahwa ia orang jahat sampai hari ini. Ketika ia bersiap untuk mengatakan selamat tinggal pada orang yang hingga detik ini masih memegang lengan bajunya, tersenyum dengan segala kepolosan yang ada di bumi dan bergantung padanya sedemikian rupanya. Ia mendengarkan rangkaian cerita keseharian orang itu, dengan nada naik turun bersemangat, baik keluhan mengenai penjual boneka yang menolak untuk memberikan diskon untuk boneka kelinci merah muda yang ditaksirnya atau mengenai anak kucing yang mendadak muncul di depan pintunya kemarin. Ia merasa bersalah, karena ia tahu ia akan merenggut ekspresi bahagia yang kini bermain di wajah orang itu.




"Let's not... meet again."




Meski ia sendiri yang mengucapkan kalimat itu, ia sendiri merasa aliran dingin merambati tulang punggungnya. Ia tidak berani menatap sosok di sampingnya, takut resolusi yang sudah diambilnya runtuh dan komplikasi berkepanjangan terus hadir. Menyakiti dirinya sendiri, orang di sampingnya ini, dan dia.

Ia merasakan, tarikan di lengan bajunya mengendur hingga akhirnya hilang. Ia menghitung sampai lima, menarik nafas gugup sebelum akhirnya ia memberanikan diri menatap orang itu. Dan dalam hati ia mengaguminya yang selalu begitu tegar meskipun dari luar tidak terlihat. Kadang ia melupakan kenyataan bahwa orang yang berdiri di hadapannya ini adalah seorang yang sudah mengalami lebih banyak penderitaan darinya, yang sudah biasa menerima kata perpisahan. Dan penyesalan mulai menyeruak di ruang hatinya, merasa luar biasa jahat karena telah menambah satu lagi beban untuk orang itu.

Maaf--ia berkata. Meskipun ia tidak ingin melihat orang itu terluka, mungkin ini memang jalan yang terbaik. Meskipun mungkin suatu saat akan ada penyesalan, tapi kali ini ia merasa harus mengucapkan selamat tinggal. Maafkan dia yang pengecut, yang selalu bertingkah sok kuat meskipun sebenarnya ia ketakutan setengah mati. Karena ia tak yakin bisa memberikan kebahagiaan kepada siapapun selain dia, karena ia tak yakin bisa melindungi orang di hadapannya. Ia pengecut yang ingin memberikan tanggung jawab untuk melindunginya ke orang yang lebih mampu. Karena ia menyayanginya, sangat, namun ia mencintai orang lain. Untuk itu, ia menyesal.

Tapi orang itu hanya tersenyum kepadanya, sekalipun ia melihat sudut mata orang itu basah dan perlahan tetesan air mata mengalir di pipinya. Seakan-akan orang itu sudah tahu bahwa suatu saat waktu ini memang akan datang cepat atau lambat. Instingnya membuatnya melingkarkan lengannya di leher orang itu, memberikan kecupan di puncak kepalanya dan membisikan kata maaf di telinganya. Ia merasakan kepala dalam dekapannya menggeleng, menolak permintaan maafnya.




Dan saat ia berjalan menjauh, kau hanya bisa berharap kebahagiaan akan menemukan dirinya. Bahwa akan ada orang lain yang bisa memberikannya lebih daripada apa yang bisa kau beri.



Let's not meet again.

Leave a Reply