Hanya perlu memahami

Bermacam bayangan bermain-main di pikiran sang gadis saat ia menatap layar sebesar 14", merangkai kata demi kata dari sebuah kesadaran yang didapatnya dalam perjalanan pulang. Dia seorang remaja, tapi terkadang ia merasa lebih dewasa dari orang-orang seumuran dengannya. Bukan dari sikap atau gaya, perkataan atau perbuatan. Tapi dari suatu hal abstrak yang mendasari segala perbuatannya. Pandangan, jalan hidup. Menurutnya, orang yang dewasa adalah mereka yang bisa memahami hidup. Paham bahwa segala hal di dunia ini berlangsung karena kehendak Dia yang Mahakuasa. Dan karena memahami hal itu, apapun yang terjadi, mereka bisa ikhlas dan tetap bahagia.

Apalah gunanya rasa marah?

Gadis itu tahu tentu, sulitnya mengendalikan rasa itu. Ia juga pernah merasakan amarah. Tapi sekalipun demikian, ia belajar bahwa tidak ada perasaan yang lebih membahagiakan kecuali perasaan bahagia itu sendiri. Untuk apa sedih, kecewa, marah, takut, jika ia bisa merasa bahagia?

Tidak semudah yang terucap, tentu saja. Tapi semua orang bisa belajar. Dan kuncinya hanya satu, memahami. Paham. Paham bahwa semua orang diciptakan berbeda-beda dan perbedaan itu adalah suatu hal yang lumrah. Sehingga kita tidak perlu marah sewaktu ada orang yang memiliki pendapat berbeda dengan kita, sewaktu ada orang yang tidak sejalan dengan kita. Paham bahwa tidak semua kejadian akan sejalan dengan keinginan kita. Sehingga kita tidak akan kecewa ketika menerima kegagalan, ketika apa yang kita rencanakan ternyata gagal.

Dan gadis itu tersenyum kecil. Bertanya-tanya apakah ia terdengar seperti seorang yang sok mengerti tentang hidup dengan jalinan kalimatnya. Tapi ia pikir, ia tidak peduli. Ia hanya ingin menulis apa yang ia rasakan. Dan--peduli apa dia?

Leave a Reply