Enam

#1
Lukisan abstrak, sekacaupun warna dan bentuknya, memiliki arti yang lebih banyak daripada sebuah lukisan gunung yang eksplisit. Layaknya banyak kata absurd, random dan sulit dimengerti, tapi memiliki arti lebih banyak daripada sepotong kalimat sederhana. Malu kalau berkata langsung, jadi biarkan ia menggantung. Mungkin abstrak dan tak bisa dipahami, itu kalau kau menyerah di tengah. Padahal kalau dicermati, terkadang sesuatu yang tersembunyi itu sebenarnya tak jauh dari ujung jemari.

#2
Terkadang rasanya lelah mencari, inginnya semua tersedia dan tak perlulah kita bertanya-tanya apakah kelak akan tercapai atau tidak. Inginnya semua yang dicari sudah tergenggam, supaya tak ada yang namanya kecewa. Inginnya.

#3
Ia benci kata 'kenapa', simbolisme ketidakpuasan dan tidak terima. Kecewa yang implisit, kemarahan yang terpendam, semuanya bisa diawali dengan satu kata itu. Kenapa bukan aku? Kenapa harus dia? Kenapa hidupku begini? Kenapa, kenapa, kenapa. Kenapa? Menyedihkan.



Leave a Reply