Perang

Memberi hati kemudian berbalik pergi.
Maumu apa, tanyaku.
Kenapa tak kau ucapkan kalau kau merasa?
Sibuk berkeluh karena suatu abstrak,
lelah mengira.
Tak selamanya begini.
Kau kira sampai kapan aku menunggu?

Aku mengejar sesuatu yang bahkan tak tersentuh,
melewati pintu lain tanpa berusaha mengintip.
Langkah ini berat,
bertahan harga diri.
Kelu di lidah, tak berusaha mengucap.
Kuberi satu petunjuk gamblang,
kulihat kau mengerti.

Tapi kau melambai,
menabur rancu di atas abstrak.
Aku mulai bosan dengan monoton.
Kau tak berpikir aku terikat tali tambang tentu,
karena aku sebebas kelelawar.

Sebuah gambaran diri,
kupikir kau keliru.
Aku tidak sebegitu hina hingga hidup dalam bayangmu.

Aku bebas, kau terikat.

Leave a Reply